Semenjak mamanya pulang dari luar negeri, setiap harinya Raja diperlakukan layaknya Raja sungguhan. Apapun ucapan yang keluar selalu dituruti. Bagi orang tuanya, Raja tetap bayi kecilnya.
Seperti sekarang, saat Raja sedang asik bermain game dengan temannya, mamanya datang membawakan pudding coklat kesukaannya.
"Heh, jangan ngomong kotor!" tegur mamanya mendengar beberapa kali anaknya mengumpat sendiri.
"Lagi seru, Ma." Raja kemudian menerima suapan pudding dari mamanya.
Rere yang daritadi ikut memperhatikan pun jadi ikut gemas, terlarut dalam permainan itu. "Awas itu musuh, tembak! Tembak!" Raja yang digupuhi malah bingung sendiri.
Bisma dan Andre yang berada di seberang tertawa karena Raja lupa mematikan micnya. Raja bergeser mengambil jarak antara dia dan mamanya.
"Mama, diem dulu ..." pintanya memohon.
"Zisel cantik, ya?" tanya mamanya sambil menggeser badannya mendekati Raja.
Raja berdecak sebal, lagi-lagi mamanya berbicara aneh-aneh saat micnya masih menyala. Padahal Raja beberapa kali mengode menggunakan jari telunjuknya yang dia tempelkan di depan bibirnya.
Raja bergerak gelisah. "Raja tau. Mama dari kemarin ngomong gitu."
"Jadi sama siapa, Ja?" sahut Bisma yang sengaja menggodanya.
"Yang dimaksud Bisma yang kemarin ya, Ja? Kamu sebelumnya nggak pernah cerita sama mama tentang Liona. Kamu cerita sizi mulu tiap mama telepon."
"Sizi udah nggak ada kesempatan," balasnya pelan.
"Kenapa? Kata kamu dia belum punya pacar," tanya mamanya kepo.
"Temen Raja ada yang suka."
"Tapi kalau kelamaan ya pepet aja lah," ujar mamanya enteng.
Raja keluar dari game secara tiba-tiba, dia melempar ponselnya ke kasur kemudian dilanjutkan membanting dirinya juga layaknya ponsel tadi. "Jangan bahas sizi dulu bisa nggak, Ma?" Ucapan Raja terdengar pelan karena dia menutupi mukanya dengan bantal.
Rere yang mengetahui perubahan anaknya pun mengangguk paham. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi Raja tetap Raja, putranya yang selalu bercerita banyak hal kepadanya. Dia selalu siap menjadi pendengar yang baik untuk anaknya.
"Ma, Raja minta sesuatu." Rere yang berada di ambang pintu ingin keluar berbalik badan menghampiri anaknya.
Keningnya mengerut saat Raja tiba-tiba memeluknya. Cukup lama terdiam Raja akhirnya membuka suara. "Raja udah banyak cerita ke mama, sekarang Raja minta mama cerita tentang keluarga mama di Semarang mau nggak?"
Rere terdiam cukup lama mendengar permintaan Raja. Luka lamanya yang meninggalkan bekas serasa dikorek kembali.
Raja mendongak menatap mamanya yang tak bergeming sama sekali.
"Dulu mama punya keluarga lengkap. Tiap hari pulang sekolah papa sama ibu selalu jemput kami, Mama sama adiknya mama, Riri. Iya, Riri namanya. Ternyata, kebahagiaan itu cuman sementara. Papa bangkrut dan jadi pengangguran hampir 6 bulan, di situ ibu kerja agar bisa bertahan hidup. Kemudian pas pulang sekolah sama Riri masih seneng banget, tuh, karena habis makan mie ayam semangkuk berdua karena emang cuman punya uang 5000. Eh, pas sampai rumah papa narik mama paksa sambil bawa koper besar. Di situ Riri nangis karena ibu nangis, karena Riri nangis mama jadi ikutan nangis. Mama inget waktu ditarik-tarik papa, tangan mama nggak mau lepas dari Riri. Ibu di situ malah diem meluk Riri nggak meluk mama. Padahal mama manggil nama ibu terus. Ibu kayak ikhlas banget mau pisah sama mama. Terus pas bangun tiba-tiba mama udah di Australia, di situ papa cerita kalau ibu nggak sayang sama mama dan ibu kerja sama banyak laki-laki. Pokoknya papa terus jelekin ibu tiap ketemu orang. Alhasil otak mama kecuci dan jadi ikut benci."
KAMU SEDANG MEMBACA
OWNER KOS [END]
Teen Fiction⚠️ Cerita serupa di wattpad maupun lapak lainnya itu plagiat. Pernahkan kalian merasakan jatuh cinta dengan penghuni kos milik kalian sendiri? Aku pernah. Penghuni kos di kamar pojok bawah, dengan sikap dinginnya menjadikan diriku tertantang untuk...