🌹Part. 10

4.6K 196 17
                                    

Zavian masih berusaha menelpon gadis itu. Ini sudah empat hari setelah hari dimana dia dan Tara makan malam bersama orangtuanya. Zavian tidak mengira perkataan Maura benar-benar bodoh. Ibu tirinya itu memang tidak pernah memikirkan perasaannya sama sekali.

Zavian menyugar rambutnya ke belakang, dia marah dan sedih secara bersamaan. empat hari gadis itu selalu menghindarinya, dia sama sekali tidak membalas pesannya dan menerima panggilan teleponnya darinya sama sekali. Rasanya Zavian ingin menghampirinya langsung, tapi pekerjaannya sebagai CEO ini benar-benar membuat tidak bisa bertindak banyak.

"Rian, apa Tara sudah pulang?" tanya Zavian saat Rian yang baru saja masuk.

Rian mengangguk kecil. "Ya, begitu, Zav. Dia selalu izin pulang cepat empat hari ini. Tenang, dia udah sampai kosannya dengan selamat."

Dan selama empat hari ini pula Rian diminta Zavian untuk mengabarkan kegiatan Tara dan memastikan bahwa Tara pulang dengan selamat. Sepertinya bos sekaligus sahabatnya itu benar-benar jatuh hati pada gadis muda itu.

"Kayanya lo beneran jatuh cinta sama gadis muda itu, Zav. Baru kali ini gue liat lo sekhawatir ini," lontar Rian. Kemudian melangkah menuju sofa dan terduduk berhadapan dengan Zavian.

"Gue benar-benar nggak paham maksud dia waktu itu, Rian," ujar Zavian kemudian kembali terduduk tegap menatap Rian. "Tara bilang dia nggak apa-apa, tapi sekarang malah tiba-tiba ilang. Bahkan dia jauhin gue."

"Lo udah suka sama cewe berapa kali, sih?" jawab Rian. "Lo kan mantan playboy, nggak mungkin lo nggak ngerti maksud dia."

"Fuck! Gue lagi serius."

Rian terkekeh kecil. Padahal apa yang dikatakannya benar, Zavian memang playboy. Bahkan dulu di sering FWB. Sepertinya dia lupa masa lalunya itu.

"Lo pasti tau, Zavian. Kalo cewe ngomong nggak apa-apa itu ada arti terselubung. Apalagi dia masih muda, kata lo dia juga belum pernah punya hubungan sama siapapun, kan? Bisa jadi dia sakit karna itu."

"Tuh, Nenek lampir emang keterlaluan. Kalo kemarin gue nggak ditahan Tara, gue balikin mejanya. Gue udah bilang sama dia, kalo gue nggak mau sama Ghania. Tapi, dia masih paksa gue," jelas Zavian sebelum menyadarkan punggungnya.

"Maksud gue dia sakit hati karna diboongin lo, bukan karna dia udah suka, ya," lanjut Rian mendapatkan tatapan datar dari Zavian. "Kenapa? Gue salah ngomong?"

"Argh, fuck!"

Rian menghela napas panjang. "Kalo lo mau minta maaf sama Tara, mendingan lo ke kosannya sekarang. Terus lo jelasin maksud Mami Maura itu. Seharusnya lo jelasin alasan nikah kontrak itu dari awal."

Zavian menyugar rambutnya kasar. "Iya, gue salah."

"Inget, cara deketin cewe kepala empat sama kepala tiga, tuh, beda, Zavian. Bukannya lo malah kirim perhiasan sama tas bermerek. Dia itu tipe sederhana, dia beda sama cewe yang lo ajak FWB itu," lanjut Rian kemudian bangkit berdiri.

"Lo kayanya kenal banget sama Tara."

"Nggak juga. Mendingan lo pergi ke kosannya sekarang, kerjaan lo biar gue yang urus," tukas Rian sebelum keluar dari ruangannya.

***

"Mbak Tara udah nggak ngekos di sini lagi, Mas. Baru aja satu jam lalu dia pergi," ujar seorang wanita paruh baya yang adalah pemilik kosan itu.

Saat itu juga rasanya kaki Zavian melemas. Kenapa tiba-tiba saja gadis itu pergi? Ini semua karena perkataan Ibu tirinya yang benar-benar buruk.

Zavian pun mengucapkan terima kasih dan langsung berpamitan. Pria itu berlari di tengah hujan menuju mobilnya yang cukup jauh dari kosan itu. Karena jarak kosan yang berada di dalam gang kecil, mobil miliknya harus parkir jauh.

Contract and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang