🌹Part. 38

2.4K 98 5
                                    

Hari ini Tara pulang lebih cepat, kesempatan Tara untuk pulang lebih dulu agar Zavian tidak memaksanya. Entah apa yang dipikirkan Zavian, bisa-bisanya pria itu ingin Tara menunggu pria. Padahal sudah jelas, mereka memiliki jabatan yang beda sudah pasti jam pulang pun terkadang berbeda.

Ditambah Tara juga tidak ingin pulang dengan Zavian. Selain karena takut ada yang melihat mereka, Tara juga malas kalau harus digoda oleh pria berkepala tiga itu. Zavian juga terkadang melemparkan pertanyaan yang membuat Tara berdebar tidak karuan.

Tara mengatur napasnya pelan-pelan. Wah, dia benar-benar lelah. Karena ojek online yang dinaiki itu tiba-tiba mogok dan Tara terpaksa harus berjalan menuju rumah. Untunglah Tara tidak nyasar.

Gadis dengan rambut cepol itu mendorong pintu utama itu. Kemudian mulai mengangkat belanjaannya. Kemudian dengan langkah kecilnya, Tara menuju dapur yang terletak dekat ruang tengah. Lalu, meletakkan belanjaan itu di counter table.

Saat mendengar suara hentakan kaki dari tangga. Tara menoleh, ternyata Zavian sudah pulang. Gadis itu pikir Zavian akan lembur, pasalnya Tara sempat mendengar bahwa ada sedikit masalah di kantornya.

“Mas Zavi, tadi aku pakai kartu–”

“Bentar, Tara.”

Tara langsung terdiam saat Zavian memintanya terdiam. Tara menatap datar pria itu. Apa sesibuk itu sampai berbicara saja tidak bisa? Zavian melangkahkan kakinya menuju kulkas dan mengambil satu botol air mineral. Bahkan pria itu tidak tahu, kalau Tara sedang merapikan beberapa bahan makanan.

“Iya, cantik, nggak apa-apa. Tadi saya agak sibuk karna … ya, ada sedikit masalah.” Zavian terduduk di minibar. Kemudian tersenyum manis pada Tara yang tengah merapikan bahan makanan.

“Sekarang kamu lagi sibuk nggak, Kak?”

“Nggak, Cel. Saya lagi sama istri saya. Kenapa? Kamu masih sakit?”

“Oh, Kak Zavian lagi sama Tara?”

Zavian tertawa kecil mendengar respons Celine.“Iya, Cel, Tara kan istri saya. Kamu perlu sesuatu?”

“Aku mau traktir makan siang buat imbalan karena kemarin udah dengerin ceritaku.”

Zavian meneguk air botol itu, lalu menyahut. “Nggak apa-apa, Cel. Lagian kita udah kenal lama, kamu nggak perlu repot.”

Zavian benar-benar merasa hanya miliknya dengan gadis seksi bernama Celine itu. Gadis berambut cepol itu mendengus kesal menatap Zavian yang sesekali tertawa. Ya, benar pria ini, sepertinya sangat mudah lupa akan apa yang dia katakan sebelumnya.

Bukankah baru saja tadi siang saat di kantor Zavian mengatakan dia tidak akan dekat dengan wanita manapun? Zavian benar-benar pelupa atau dia sengaja. Sial, Tara semakin kesal melihat Zavian. Tara menyiapkan makanan untuk Zavian, lalu meletakkan di meja minibar.

“Mas, kalo udah selesai sekalian cuci piringnya. Saya mau ke kamar.”

Saat Tara akan beranjak dari sana Zavian menahan tangan Tara. “Sayang, saya belum makan sama sekali. Masa kamu tinggalin saya makan sendiri?”

Tara menatap datar Zavian, menarik tangannya dan melipat kedua tangannya depan dada. “Mas Zavi, kenapa nggak lanjut telponan sama Kak Celine? Biar ditemenin makan sekalian.”

Sepertinya Tara akan marah lagi. Sekarang Zavian harus bujuk lagi. Mana mungkin Zavian bisa telpon Celine, kalau di depannya ada istrinya yang imut ini? Astaga, Tara ini benar-benar membuatnya gemas setiap saat. Ditambah Tara yang cemburu dengan Celine.

Zavian menarik lembut tangan Tara dan terduduk di sebelahnya. “Tara, jangan marah, sayang.” Kemudian Zavian merangkul pundak Tara dan menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu. “Saya mau kamu temenin saya makan, Tara. Kamu tahu kan, kita jarang makan malam bareng? Seenggaknya kamu temenin saya makan makan. Kamu nggak lupa kan, kalau kita ini suami istri?”

Contract and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang