Entah, sejak kapan Zavian terus tersenyum lebar. Sorot matanya tidak berhenti dari seorang gadis yang tengah tertidur pulas di atas ranjangnya. Tara benar-benar cantik dalam keadaan apapun, bahkan saat sedang tertidur.
Rasanya Zavian sangat berat hati ingin pergi ke kantor. Gadis ini sudah bekerja begitu keras semalam, dia benar-benar begadang untuknya. Awalnya Zavian mengira, Tara tidak akan mempedulikan permintaan Zavian. Ternyata setelah Zavian tertidur, Tara ikut tidur di sebelahnya dan menepuk punggung pria itu.
Sebelum Zavian bangkit berdiri, pria itu mengusap lembut rambut Tara dan mengucapkan terima kasih pada gadis itu. Ini adalah kali pertama ada seseorang, selain Bibinya yang merawat dia ketika sakit. Zavian sangat berhutang banyak pada Tara.
"Keadaan lo gimana, Zavian?" tanya Rian seraya memberikan berkas pada Zavian. "Lo beneran udah nggak apa-apa?"
Zavian tersenyum tipis dan mengangguk. "Ya, gitulah. Gue nggak apa-apa."
Rian terduduk di sofa. Kemudian menoleh pada Zavian. "Lo bener-bener ngerepotin, lo tau kan Tara begadang sampai pagi?"
"Iya, gue tau. Dia begadang sama gue, kok." Zavian tersenyum tipis. "Ternyata Tara emang baik banget, cuma ketutup sama sifat galaknya."
"Itu lo tau." Rian menghela napas panjang. "Ternyata lo cepet juga akrab sama dia. Padahal dia tipe orang yang lama banget baru akrab sama orang baru, apalagi orang yang udah tua kaya lo."
Zavian mendecak kesal. "Sialan, gue nggak tua banget, Rian."
Rian terkekeh kecil. "Lo tuh, tua banget. Lo berdua kan beda sepuluh tahun."
Benar juga, dia dan Tara beda sepuluh tahun. Ternyata dia memang sudah, tapi dia tidak peduli. Bukankah umur itu cuma angka? Lagipula wajahnya tidak terlihat tua, dia masih terlihat seperti kepala dua.
"Pergi lo," usir Zavian membuat Rian tertawa geli.
Rian mengangguk kecil kemudian bangkit berdiri. "Zavian, tadi Celine telpon gue, katanya dia mau ke sini."
"Dia ada perlu apa emang?" tanya Zavian.
Rian mengangkat bahunya, kemudian beranjak keluar dari ruangan Zavian. Kemarin gadis itu juga datang ke ruangannya, tapi tidak memberitahu ingin bicara apa. Sepertinya ada sesuatu yang penting.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu ruangannya. Muncul seseorang wanita muncul dengan suara hak tinggi dan kacamata abu-abu berbentuk kotak yang biasa dia pakai. Senyuman gadis itu mengembang sempurna, saat melihat wajah Zavian yang menoleh padanya.
"Kak Zavian!" teriak wanita itu dan langsung mencium pipi di bagian kanan dan kiri. "Gimana kabar Kakak? Katanya kemarin sakit. Sekarang udah nggak apa-apa?" Wanita itu melangkah menuju sofa.
Zavian mengangguk kecil. "Saya udah nggak apa-apa. Kemarin kamu juga mau ke sini, kan? Maaf, kemarin saya benar-benar sibuk, jadi nggak bisa ketemu."
Celine terkekeh kecil. "Nggak apa-apa, Kak, aku ngerti, kok. Tara gimana kabarnya?"
Zavian tersenyum tipis. "Dia baik, kok."
Celine terduduk di sofa. "Sori banget ganggu Kak Zavian lagi di kantor." Celine mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Ini ada undangan pernikahan kakak. Pokoknya Minggu depan harus datang."
Zavian sedikit terkejut saat melihat nama pengantin di undangan itu. Sejenak dia tersenyum tipis. "Helen mau nikah? Jadi, dia udah fix sama Deo?"
Celine membuka kacamatanya. "Ya, gitulah, walaupun awalnya mereka putus nyambung nggak jelas. Akhirnya mereka mau nikah. Tiga hari lagi Kak Zavian juga mau nikah, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract and Love
Romance~ Romance, comedy, drama ~ Tara Lavena (22 tahun) diundang ke acara ulangtahun temannya yang di adakan di club. Siapa sangka dia bertemu dengan Zavian Ryder (32 tahun) yang adalah CEO baru di perusahaan tempatnya bekerja. Pertemuan awal itu membuat...