Benar-benar menyebalkan, bisa-bisanya pria itu mengira kalau Tara menyukainya. Itu tidak mungkin terjadi, dia masih muda dan baru saja melangkah ke kepala dua. Berbeda dengan Zavian yang sudah kepala tiga.
Tara memang tidak pernah pacaran sebelumnya. Dia hanya dekat dengan lelaki dan pasti lelaki itu selingkuh. Entah, kutukan atau apapun itu, tapi memang begitu adanya. Setiap ada yang mendekati dan Tara merespons, tepat saat beberapa lelaki itu pasti ketahuan berselingkuh. Akhirnya tidak pernah berpacaran.
Tara membalikkan tubuhnya ke arah pintu. Karena Tara tidak membayar kosan selama enam bulan, dia diusir. Terpaksa gadis itu harus menginap beberapa hari di apartemen ini. Risiko tidak punya banyak teman, dia hanya memiliki Sindy di kota ini.
Tidak mungkin dia menumpang di rumah Sindy bersama adik dan Ibunya. Rasanya dia akan merepotkan Sindy. Lebih baik dia bertahan disini sampai mendapatkan kosan baru. Ya, walaupun akhirnya mereka akan menikah kontrak nanti.
Gadis itu menurunkan kakinya dari ranjang, kemudian mengikat asal rambutnya. Dia meraih ponsel di atas nakas, sekarang menunjukan pukul satu pagi. Karena belum bisa tidur, Tara memutuskan untuk pergi ke dapur untuk meminum segelas air.
Walaupun Zavian mengatakan bahwa Tara bisa melakukan apapun seperti di rumahnya sendiri. Tetap saja rasanya tidak sopan, jika dia tiba-tiba mengambil makanan dan memakannya. Dia hanya perlu cepat-cepat minum dan kembali tidur sekarang.
Ketika Tara yang melangkah menuju dapur tiba-tiba indra penciumannya merasakan sesuatu yang terbakar. Ketika melewati kamar Zavian, gadis itu melihat asap yang berasal dari sana. Sontak gadis itu terbelalak, tanpa berpikir panjang dia mengambil satu gayung air dari kamar mandi dekat dapur. Gadis itu membuka perlahan pintu kamar Zavian.
Byur!
Pria itu mendadak terdiam, ketika merasakan tubuhnya sudah basah kuyup. Perlahan dia menoleh ke belakang mendapati Tara yang memegang gayung. Zavian menatap datar pada gadis itu sembari menghela napas.
"Jadi, kenapa kamu tiba-tiba menyiram saya, sayang?" tanya Zavian sembari bangkit berdiri.
Tara mengerjab, sorot matanya terhenti pada beberapa kertas yang terbakar dalam kaleng yang berukuran sedang itu.
"Pak Zavi, ngapain malem-malem bakar kertas, sih, Pak? Saya khawatir Pak Zavi kenapa-napa!" balas Tara sontak membuat Zavian tertegun.
"Ka-kamu khawatir sama saya?"
Tara memukul Zavian dengan gayung yang dia pegang. "Iya, saya khawatir! Kalo Pak Zavi mau hancurin kertas kan, Bapak bisa–"
Ucapan Tara terhenti ketika Zavian tiba-tiba menarik tangannya dan memeluknya begitu erat. Entah, kenapa matanya terasa panas, hingga bulir-bulir air mata pun akhirnya terjatuh membasahi pipi.
"Saya nggak bermaksud buat kamu khawatir, saya nggak apa-apa, Tara. Kamu nggak perlu khawatir apapun," ujar Zavian.
Entah, dorongan dari mana Tara memeluk Zavian dengan melingkari tangannya di pinggang pria itu. Kemudian mengangguk kecil seakan menjawab perkataan Zavian.
***
"Sampai kapan kamu nangis karna saya?" tanya Zavian menoleh pada Tara yang terduduk di sofa dan tangannya yang masih memegang gayung. "Saya nggak apa-apa."
Tara cepat-cepat menghapus air matanya, lalu mengangkat sedikit wajahnya dan melemparkan tatapan tajam pada Zavian. "Siapa yang nangisin Pak Zavi? Jangan kepedean, ya, Pak!"
Pria itu tertawa geli, kemudian melangkah menuju kamar mandi.
"Pak Zavi mau ke mana?" tanya Tara.
"Kamar mandi, kamu mau ikut?" balas Zavian menoleh pada Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract and Love
Romance~ Romance, comedy, drama ~ Tara Lavena (22 tahun) diundang ke acara ulangtahun temannya yang di adakan di club. Siapa sangka dia bertemu dengan Zavian Ryder (32 tahun) yang adalah CEO baru di perusahaan tempatnya bekerja. Pertemuan awal itu membuat...