🌹Part. 13

3.8K 189 0
                                    

"Nenek, gimana kabarnya?" tanya Tara sembari mengaduk teh hangat itu. Kemudian memindahkan ponselnya ke telinga sebelah kiri. "Tara kangen banget sama Nenek."

"Dasar cucu nakal! Ternyata kamu bohongin Nenek."

Tara tersentak. "Bohong kenapa, Nek?" sahutnya seraya membawa secangkir teh hangat menuju minibar dan terduduk di sana. "Aku nggak paham maksudnya."

"Waktu kamu izin pergi ke acara ulangtahun temen kamu itu. Kenapa nggak pulang ke kosan? Kamu tidur di mana?"

Sejenak Tara terdiam, lalu menjawab, "Hm, aku tidur di rumah temen. Aku nggak kemana-mana, kok. Cuma di rumah temen."

"Rumah teman kamu atau di hotel?"

Kalau sudah begini Tara tidak bisa berbohong lagi. Padahal sudah dua Minggu berlalu, Tara juga sudah melupakan kejadian memalukan itu, tapi kenapa Neneknya malah tiba-tiba menanyakan hal ini? Saat Neneknya marah sangat mengerikan.

"Ya, di ru-rumah temen, Nenek. Aku kan nggak punya uang, nggak mungkin aku pergi ke hotel. Apalagi di sini hotel mahal semua," sahut Tara sebelum mengesap teh hangat itu.

"Nenek tanya sama Bu Tina pemilik kosan kamu, katanya waktu itu kamu nggak pulang. Kata Sindy kamu juga di hotel. Ngapain kamu di sana? Sama siapa? Jawab Nenek dan jangan berbohong lagi."

Tara menggigit bibirnya. Kenapa tiba-tiba saja Neneknya mengetahui hal itu? Tidak mungkin Sindy beri tahu atau mungkin Sindy keceplosan?

"I-iya aku di hotel, ta-tapi aku nggak ngapa-ngapain. Aku tidur sendiri, beneran, Nek."

"Tara!" teriak Neneknya dari balik telepon penuh amarah. Sontak Tara langsung menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Sindy, sialan! Kenapa dia kasi tau Nenek, sih?" gumam Tara seraya menjauhi ponselnya itu. Bisa gawat, kalau Neneknya itu tahu dia mengumpat.

Zavian yang tengah melangkah menuju dapur, langsung berbelok menuju minibar dan mendekati Tara. "Kamu lagi telpon siapa?" tanya Zavian yang tiba-tiba muncul.

Tara langsung mendorong pria itu agar menjauh karena dia takut Neneknya akan mendengar suaranya. "Pak Zavi, ke sana dulu. Nanti Nenek saya dengar," ujarnya seraya berbisik.

"Oh, itu Nenek kamu." Zavian langsung mengambil ponsel itu dari tangan Tara.

"Pak Zavi mau ngapain, sih?"

Zavian meletakkan jari telunjuknya di bibir Tara. "Sssttt, kamu diam dulu. Saya mau kenalan sama Nenek kamu."

"Halo, Tara, kamu sama siapa malem-malem begini?" tanya Neneknya dari balik telepon.

Zavian mendeham sejenak, lalu meletakkan ponselnya di sebelah telinga kiri. "Halo, Nek."

"Suara laki-laki?" sahut dari balik telepon dengan suara kecil.

"Maaf sebelumnya, Tara lagi ke toilet sebentar. Saya sekalian mau perkenalan diri. Saya Zavian Ryder calon suami Tara."

Tara yang mendengar hal itu langsung terbelalak. Zavian benar-benar gila, bisa-bisanya dia mengatakan hal itu pada Neneknya. Pria itu tidak tahu, kalau Neneknya itu begitu galak.

"A-apa?! Kamu calon suami Tara?"

Zavian tersenyum tipis dari balik telepon itu. "Iya, Nek. Saya juga mau menjelaskan soal Tara yang nggak pulang waktu itu. Jadi, dia tidur di apartemen saya. Kami tidur di kamar terpisah."

"Nggak mungkin, saya nggak percaya dengan laki-laki dari tempat seperti itu. Kamu apakan cucu saya?"

"Baiklah, saya nggak memaksa Nenek harus percaya apa yang saya katakan. Mungkin besok saya dan Tara akan berkunjung ke rumah Nenek."

Contract and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang