🌹Part. 42

1.7K 66 3
                                    

Suasana malam yang tenang seperti biasa dan juga pertengkaran ringan seperti malam-malam sebelumnya. Tara akan menolak Zavian yang terus ingin tidur bersama dan Zavian yang selalu menggoda Tara. Akhirnya Tara lemah dan menerima permintaan pria itu untuk tidur bersama di kamar Zavian.

Gadis itu terbaring nyenyak berada dalam dekapan Zavian. Hingga suatu saat Tara merasa tenggorokannya terasa kering. Gadis dengan baju tidur bergambar bebek itu mulai menggeliat, Tara membuka matanya dan kini Tara tengah dipeluk erat oleh Zavian.

Perlahan-lahan Tara memindahkan lengan Zavian dari pinggangnya. “Astaga, Mas Zavi kayanya pengen gue pingsan.” Pelukan Zavian malah semakin erat. Gadis itu menghela napas dan masih berusaha memindahkan lengan Zavian.

“Kamu mau ke mana, hm?” Tara terkejut saat mendengar suara serak Zavian yang tepat berada di belakangnya. Pelan-pelan Zavian menarik Tara agar berbalik menghadapnya. “Sayang, jawab dulu.” Zavian masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

“Hm, saya cuma mau ke dapur, Mas Zavi.”

Zavian tersenyum tipis dengan membuka sedikit matanya. Ketika Tara hendak bangun, pria itu menarik kembali pinggul gadis itu. “Kamu nggak berniat pindah ke kamar kamu, kan?” ujar Zavian berbisik di telinga Tara.

Tara terkejut dengan tingkah Zavian hingga detak jantung lebih cepat dari biasanya. Bahkan kini pipinya terasa panas, sialan, lagi-lagi Zavian menyiksa jantungnya. Tara berusaha menjauh dari tubuh Zavian.

“Mas Zavi, ih! Jangan deket-deket, deh. Saya cuma mau minum.”

Zavian tersenyum lebar, lalu melonggarkan pelukannya. Saat itu juga, Zavian mengecup pipi Tara, beberapa detik setelah itu Zavian kembali tertidur. Tara menelan salivanya dan langsung bangun dan berdiri seraya menyentuh jantungnya.

“Mas Zavi … sialan, kenapa cium-cium segala, sih?” gumam Tara, lalu menyentuh sebelah pipinya yang sebelumnya dicium Zavian. “Jantung gue.”

Sebelum wajah Tara benar-benar merah seperti tomat, gadis itu langsung berlari keluar kamar tidur itu dan menuju dapur. Saat sampai di dapur, Tara langsung mengambil gelas, menuangkan air dan meneguknya hingga tandas.

Tara berharap jika air mineral itu bisa membuat detak jantungnya lebih tenang. Sesekali Tara melirik ke arah pintu kamar Zavian. Kini Tara benar-benar mempertanyakan perasaan bodoh apa yang Tara rasakan ini. Gadis itu menyugar rambutnya ke belakang.

“Ini sebenarnya gue sakit jantung atau ….” Tara menggeleng kecil. “Nggak, nggak mungkin gue suka sama atasan gue sendiri.” Gadis itu menepuk kedua pipinya cukup keras. “Tara, sadar. Lo sama Mas Zavi cuma nikah kontrak.” Tara mencoba menyadarkan dirinya dengan kenyataan.

Tara kembali menuangkan air ke dalam gelasnya dan meneguk sampai habis. Baru saja gadis itu hendak melangkah menuju kamar, tiba-tiba listrik padam. Buru-buru Tara mengeluarkan ponselnya dari saku dan menyalakan senter.

Gadis itu dikejutkan dengan sesuatu yang terjatuh ke lantai. Tara langsung melangkah cepat menuju suara pecahan itu. Pikirannya dipenuhi dengan sesuatu yang menakutkan, mungkinkan itu adalah maling yang sengaja mamatikan listrik.

Tidak mungkin, bagaimana bisa maling bisa masuk di komplek elit seperti ini? Tara menggeleng kecil, lalu cepat-cepat kembali ke kamar untuk membangunkan Zavian. Namun, Tara dikejutkan dengan lampu tidur yang jatuh pecah dan yang lebih mengejutkan adalah Zavian tengah duduk samping ranjang, pria itu menutup wajahnya dengan telapak tangannya yang berdarah.

"Mas Zavian! Kenapa, Mas?" Tara berteriak dan langsung menghampiri Zavian dan berlutut di depan Zavian yang terlihat sangat ketakutan. “Mas Zavi.” Tara mengusap lembut bahu Zavian.

Contract and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang