Chapter 2 - Inilah Aku

122 30 43
                                    

Heyyow, gimana nih kabarnya? sehat, ya, jangan sakit-sakit.

Next chapter and Happy Reading!

°°°

Setelah pelajaran Pak Tono selesai, aku dan juga Oki menuju kantin untuk mengisi perut kami.

Namun, baru beberapa langkah kami berjalan trio rusuh menghadang blokir jalan kami.

"Eits, mau lewat, ya?" tanya Roji pada kami berdua.

"Iya," jawab singkat Oki.

"Kamu boleh lewat, Nyonya Arfa, tapi tidak dengan teman kamu itu." Tunjuk Roji padaku.

"Kenapa gak boleh?" tanya Oki pada Roji.

"Sayangku, kamu tuh kenapa sih main sama orang kayak gitu, padahal temen cewe di kelas banyak dan pasti mau berteman sama kamu," sahut Arfa sebelum Roji menjawab.

"Sayang? sejak kapan aku jadian sama kamu?" Oki menaikan sebelah alisnya.

"Bhaks, mampus kamu, Fa," ejek Roji pada Arfa.

"Diem kamu, Ji!" pekik Arfa.

"Sekali pun kamu nyuruh aku buat gak berteman sama Manda, aku akan tetap berteman, gak peduli apa yang orang bilang," lanjut Oki tanpa menggubris Roji dan juga Arfa.

"Berisik kalian berdua!" amuk Lavik pada Roji dan juga Arfa membuat mereka bernyali ciut.

Lavik adalah ketua dari mereka berdua, dia yang paling tegas, galak dan juga tak segan-segan untuk menghabisi lawan tidak seperti Arfa dan juga Roji yang hanya di perintah oleh Lavik, mereka berdua terlalu takut untuk bertindak melebihi sang ketua.

"Dan kamu, Manda, buta kamu hah?! sampe gak bisa lihat kalau kamu itu gak dibolehin lewat sini!" tutur Lavik dengan ketus.

"A-aku cuman mau lewat ke kantin doang," sahutku.

"Cih manusia kayak kamu tuh gak usah makan atau ngelakuin apapun, cukup diem sampe nyawanya dicabut sama malaikat." Aku menatap wajahnya, setelah Lavik selesai mengatakan itu.

Dia memang tampan tapi jauh dari kata kebaikan, tak segan dia mengatakan hal yang menyakitkan termasuk menyakiti hatiku dengan kata-kata yang terucap dari bibirnya itu.

"Apa natap-natap aku?" Lavik menatap sengit diriku.

"Udah deh, kita berdua cuman mau lewat, kalau emang kalian risih ya udah yuk, Manda, kita cari jalan lain aja." Oki menarikku.

Tapi, tiba-tiba tangan Lavik juga menarikku. Membuatku berada di posisi tengah-tengah, Oki terus menarik ke arahnya dan Lavik juga tak mau kalah menarik diriku juga.

"Lepas sakit," lirihku.

"Diem kamu!" bentak Lavik.

"Lavik, lepasin tangan Manda!" teriak Oki.

"Gak akan, sebelum aku puas hina dia!" pekik Lavik pada Oki.

"Gila kamu, kasian Manda, apa sih salah Manda sama kalian bertiga?" tanya Oki pada mereka.

"Karena kata Pak Bos Lavik dia itu gak berhak buat hidup, suruh siapa jelek, ya gak, Ji?" Arfa meminta pendapat pada Roji.

"Hmm, bener banget tuh, apa yang dikata sama Arfa," ungkap Roji.

"Kalian berdua gak ada kerjaan banget liatin aku tarik-tarikkan sama Oki, pegang tuh Okinya," titah Lavik.

"Oke, Pak Bos," ucap mereka bersamaan.

Mereka berdua langsung menarik paksa Oki untuk melepaskan tangannya dariku. Aku juga tak bisa menggapai tangan Oki, sebab sudah lebih dulu tertarik oleh Lavik.

Being Me ✅ (Cetak Ulang dan Sudah direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang