Happy Reading!
°°°Semenjak kepulangan paksa acara camping sekolah, aku tidak lagi mau keluar kamar. Satu, karena aku sedang sakit dan alasan kedua, karena rasa traumaku.
Aku takut, jika nantinya Lavik akan berusaha membunuhku lagi. Sudah cukup kejadian itu saja, jangan ada lagi.
Aku duduk di balkon kamarku, merenung, menikmati setiap desiran angin yang menerpa.
Damai sekali, tapi damaiku mungkin takkan bertahan lama. Aku kembali ke dalam kamar dan mengambil laptop, setelah itu, kembali ke balkon.
Aku membuka laptop dan menyalakannya. Saat layarnya sudah terisi semua perangkat yang ada, aku buka perangkat tulis di laptop.
Jari lentikku, mulai mengetik dari ketikkan yang sedikit menjadi ketikan yang banyak. Beginilah ketikanku.
- Tuhan, aku tidak tahu apa yang sedang direncananya lagi. Tapi, beri aku waktu, waktu untukku menikmati yang ada, merasa diposisi bahagia, meski aku tahu kematian itu sudah diatur dan takkan bisa dirubah.
Namun, aku hanya berharap semoga diposisi itu, jika tidak pun, aku hanya bisa pasrah.
Hidupku, Matiku, Jodohku, Rezekiku semua sudah kau atur, aku tahu itu. Aku adalah manusia yang bisa menjalankan perintahmu, tunduk padamu.
Tetapi mengapa rasa takut ini menyerangku, aku begitu takut bahkan untuk menginjak luar rumahku.
Dia ... di-a ingin merenggut nyawaku. Dia memaksaku untuk binasa, menyuruhku untuk segera tiada, bahwasanya hanya dirimu yang boleh mengambil itu semua.
Mengapa kini, aku takut padanya?
Mengapa rasa takut ini tak mau menghilang? Padahal aku tahu, semua itu hanya engkau yang bisa memutuskannya.Aku manusia lemah, maka dari itu aku begitu takut, dia bisa saja yang datang dan membaca ketikan ini dari belakang, astagfirullah, aku lupa hal itu.
Sampai jumpa, di ketikanku berikutnya, tetapi jika aku tidak mengetiknya, mungkin saat itu aku sudah dalam keadaan tiada.
Makasih, Tuhan, sudah memberikan kesempatan melihat Ibu, Ayah, Mas Fajar kembali.
See you<3 -
Ketikanku berakhir, aku buru-buru menutup laptop dan masuk ke dalam kamarku.
Menutup semua akses masuk dan mematikan lampu.
"Aku takut dia kembali."
"Aku masih ingin hidup."
"Kumohon jangan ganggu aku!"
aku meracau tak jelas, hingga ketukan pintu membuatku menatap tajam ke arah pintu yang berusaha dibuka.
"Sayang, kok dikunci," pekik Ibu yang berusaha masuk ke dalam.
"S-siapa?" tanyaku ragu, walaupun itu suara Ibu tapi bisa saja itu Lavik.
"Ibu, sayang, ayo buka."
"Kamu bukan Ibu, tapi Lavik!" teriakku.
"Astagfirullah, sayang, ini Ibu, Nak." Ibu terisak.
Kali ini buka ketukan dari Ibu, ketukannya lebih keras dan juga aku mendengar bisikan di luar pintuku.
"Manda, ayo buka, ini Ayah," tuturnya.
"Bukan, kamu itu Lavik, hiks, jangan sakitin aku!" teriakku.
Sudah sekitar 4 hari yang lalu mereka mengetahui pelaku dari siapa yang membunuhku.
Pesan baru dari Oki yang menceritakan detail bagaimana semua rahasia itu terbongkar. Benar apa kata pepatah "Sepintar-pintarnya kamu menyimpan rahasia, busuknya akan terbongkar" dan semuanya terbongkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Me ✅ (Cetak Ulang dan Sudah direvisi)
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT‼️] - #Menghindari Sebelum Terjadi. Sabrina Amanda, gadis itu selalu mendapatkan perundungan dari trio rusuh yang terdiri dari Lavik, Roji dan juga Arfa. Perundungan yang dilakukan semakin parah, hingga membuat Sabrina Amanda men...