Chapter 19 - Bantahan

43 16 11
                                    

Happy Reading -!

°°°

Aku berangkat sekolah seperti biasa bersama Oki, kini kami sudah duduk di kelas.

"Ki." Aku memanggilnya yang membuat Oki menoleh.

"Apa?" tanyanya sembari menaruh buku di laci meja.

"Mau ngomong sesuatu," kataku dengan perasaan gugup.

"Ngomong aja, Manda."

"T-tapi kamu jangan terkejut, ya," tuturku yang memperingatinya.

"Iya," jawab Oki.

"A-aku mau ... berubah." Oki menatapku heran.

"Berubah gimana?" tanyanya.

Ternyata Oki belum paham dengan apa yang aku bicarakan. Aku harus menjelaskannya.

"Aku mau berubah, Ki, biar kayak kamu, kayak teman-teman lainnya juga, aku gak mau nanti dibully kayak gitu lagi!" Oki terkekeh.

"Ish malah kayak gitu." Aku memanyunkan bibir.

"Ya aneh aja gitu, tiba-tiba kamu pengen berubah, padahal yang bully kamu aja udah mau dibawa orang tuanya ke luar negeri terus apa yang kamu takutin?" tanyanya padaku.

"Serius dia mau pergi?" Aku balik bertanya ada Oki yang dibalas anggukan.

"Tapi, Ki, tetap aja aku mau berubah, aku gak mau nanti kena bully lagi," tuturku.

"Aku gak setuju kalau kamu berubah, jadi apa adanya itu gak salah, lagian kalau kamu berubah jadi aku yang ada kamu yang susah, aku gak setuju sama pemikiran aneh kamu, Manda!" Oki membantah keputusanku itu.

"Tapi, Ki, kamu gak ngerasain jadi aku tuh susah banget, dibully sama orang yang punya kelebihan!" pekikku.

"Manda, aku emang gak ngerasain, tapi kalau kamu berubah, kamu sendiri yang bakal susah dengan kamu berubah semua kebaikan dalam diri kamu juga akan berubah," tutur Oki.

"Kamu iri sama aku yang mau berubah?" tanyaku tiba-tiba.

"Gila kamu! ngapain aku iri sama sahabat aku sendiri, aku cuman kasih pendapat terbaik aku biar kedepannya kamu gak susah." Oki terlihat menahan amarahnya padaku saat aku berkata seperti itu.

"Tapi kalau kamu maunya begitu, terserah,  tapi aku tetap gak setuju dengan pemikiran kamu," lanjut Oki.

Oki kini mengambil buku dan membacanya, dia tampak tak suka jika aku berubah. Dia memiliki opini bahwa itu akan berdampak buruk padaku, akan aku tunjukkan bahwa aku bisa dan membuktikannya pada semua orang.

"Aku tetap bakal berubah!" bisikku padanya yang asyik membaca.

"Terserah," jawab asalnya.

Aku tak mau kalah dengannya, aku sudah letih menghadapi orang-orang yang membullyku.

Ini saatnya aku berubah menjadi sosok yang lebih baik, akan aku buktikan pada semua orang.

"Lihat saja," gumamku dalam batin.

Guru pun memasuki kelas, memberi materi dan hal lain seperti biasanya, pelajaran pun terus bergulir.

Aku dan Oki seperti menjaga jarak dulu karena kami memang sedang ada perang dingin.

Dia dengan opininya yang tak mau kalah, aku pun sama. Kita memang seperti ini jika sedang marahan.

Sama-sama tak mau bicara seharian, besoknya kita akan membaik, tak percaya? Lihat saja nanti.

Being Me ✅ (Cetak Ulang dan Sudah direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang