Halo Assalamu'alaikum! Jangan lupa vote dan komen yaa!
⚠Warning! Harsh words and other mature themes!
Happy reading!
Benar saja, saat sampai dikelas semua tatapan siswa beralih padanya. Lyodra sempat berhenti tepat ditengah pintu sebab gugup yang tiba-tiba menyerangnya.
Awalnya, Lyodra bingung mengapa beberapa orang terlihat menertawakan dirinya. Namun, setelah melihat papan tulis, Lyodra mengerti alasannya. Disana tertulis kata yang menghina dirinya, bahkan ada beberapa gambar anjing beserta kotorannya.
Lyodra ingin menangis. Jujur saja, setiap kata dan gambar itu seakan menjadi belati yang menggores hatinya. Namun, sebisa mungkin ia tahan, sebab jika Lyodra menangis, itu yang Scarlett inginkan dan mereka akan merasa menang.
Lyodra tetap melanjutkan langkah menuju mejanya. Tak ada niat sedikitpun untuk menghapus semua ejekan itu. Lyodra punya caranya sendiri untuk membuat mereka mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Hingga akhirnya Faye berbisik, "Carl, nanti ketahuan. Kita hapus aja!"
Scarlett mana mau mempermalukan diri dengan menghampusnya kembali. "Biarin aja."
"Tapi Carl, bokap lo bisa marah!"
"Yaudah lo hapus aja sendiri!" kesal Scarlett. Faye menghela napasnya. Hendak berdiri, berniat menghapus goresan kapur itu. Jika ketahuan, mereka akan kena imbasnya dan kembali mendapatkan surat peringatan.
Namun, semuanya terlambat saat guru datang dan membaca apa yang ada di papan tulis. Scarlett dan Faye cemas.
"Apa-apaan ini?!" Suara Bu Anita terdengar menggelegar. Membuat Faye dan Scarlett tersentak. "Siapa yang buat?"
Bu Anita melirik Lyodra. "Ini ditujukan buat kamu kan? Siapa pelakunya?" Lyodra menunduk, tak menjawab. Ia menatap Scarlett.
Seolah mengerti, Bu Anita kembali bersuara. "Scarlett, Faye, berdiri!"
Scarlett dan Faye saling menatap. "Berdiri!" Spontan, mereka berdiri saat suara menggelegar Bu Anita kembali terdengar.
"Apa semua ini? Jawab!"
"Saya disuruh Scarlett, Bu." Scarlett terbelalak, menatap Faye tajam. "Sialan, lo yang bikin ide," balas Scarlett marah.
"Kalian berdua, ikut Ibu ke ruang BK!"
Scarlett berdesis marah. Menatap Lyodra sinis dengan penuh kebencian sebelum akhirnya berjalan kesal mengikuti Bu Anita.
Selanjutnya, Alaska berdiri, menghapus semua coretan yang menghina Lyodra dan kembali duduk. Suasana kelas masih sunyi.
***
"Ngapain lo ngadu ke Bu Anita, sialan!"
"Lyora nggak ngadu."
Scarlett malah semakin marah. Tentu saja, karena Lyodra ia kembali dimarahi Ayahnya setelah mendapat peringatan dari Bu Anita. Ia mendapat dua kali lipat ceramah dan ocehan, Ayahnya bahkan mengancam akan memblokir semua fasilitas Scarlett. Dirumah, maupun disekolah.
"Lo nggak ada kegiatan lain selain nyari masalah sama gue?!"
Lyodra pun membalikkan. "Kamu nggak ada kegiatan lain selain membully?"
Scarlett menggeram marah. Baru kali ini ada menentangnya sampai sejauh ini. Pertama; Lyodra berani menamparnya, ke-dua; membuat Alaska malu, dan sekarang Lyodra membalikkan perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HETEROCHROMIA
Random"Om juga berhak bahagia. Mau nggak, di buat bahagia sama Lyora?" Levi tak ingin munafik, ia merasa terbang dengan gombalan anak kecil ini. "Bisa nggak, jangan manggil gue Om terus?" "Bisa. Lyora udah telat nih, ayo Uncle!" 𝘍𝘶𝘤𝘬 𝘺𝘰𝘶 𝘨𝘪𝘳𝘭...