7. Teasing

283 65 13
                                    

Tok tok tok! Assalamu'alaikum, sepi banget:)

Maaf baru up, sibuk bgt, iya sibuk rebahan:(

Happy Reading!

Jadwal kampusnya berakhir dengan cepat, berbanding terbalik dengan apa yang ia duga sebelumnya. Itu dikarenakan ada salah satu dosen yang tidak bisa hadir, Levi patut bersyukur karena bisa menjemput tuan putri lagi.

Ia terhenti sejenak saat pikiran itu hingga di kepalanya. Ia menggeleng lantas kembali berjalan sambil bergumam, "gue pasti udah gila."

Menatap ponsel. Tak ada pesan dari tuan putri seperti biasa. Mungkin gadis itu mengerti bahwa ia juga punya kesibukannya sendiri, tetapi rasanya seperti... Entahlah. Ia mulai tidak suka saat tak ada satupun pesan darinya.

Entah sadar atau tidak, tetapi jarinya tergerak, mendial kontak dengan nama Princess🔞 disana, awalnya ia terkejut, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Maka, niatnya untuk memutus telpon di urungkan.

Satu kali, dua kali, tiga kali tidak di angkat. Hingga kesepuluh kalinya masih tidak mendapat jawaban. Levi menggeram kesal. Tuan putri patut bersyukur sebab berhasil membuang-buang waktu orang ganteng seperti dirinya.

"Ngartis banget sih lu," dumel Levi.

Pun, ia memutuskan pulang. Ini sudah lewat jam pulang sekolah, jadi pastinya tuan putri juga sudah pulang. Namun, entah kenapa ia malah berbelok di pertigaan, mengemudikan mobilnya searah dengan sekolah Lyodra.

Batin dan logikanya berperang. "Gue cuma mau mastiin. Ya, cuma itu." Ia meyakinkan diri sendiri.

Terhitung satu minggu lebih mereka saling mengenal. Kendati begitu ia merasa nyaman--ya, meskipun lebih banyak merepotkannya--ia merasa tenang meskipun mulut itu mengoceh tiada henti.

Lyodra seolah mengembalikan Levi yang humoris, Levi yang penuh dengan lawakan garing, dan Levi dengan mulut pedasnya.

Hah, ia juga tak tahu kapan gadis bermata unik itu menjadi bagian dari kesehariannya. Lyodra mulai mengembalikan setiap warna yang sempat memudar. Lyodra yang selalu mengirim pesan walau ia hanya membalasnya singkat, Lyodra yang selalu mengingatkan setiap hal, bahkan hal terkecil sekalipun. Lyodra yang diam-diam bisa mengembalikan moodnya.

Levi sudah mulai terbiasa dengan hari-hari berisik bersamanya dan saat gadis itu tiba-tiba tenang tanpa mengirim pesan bahkan sukar untuk di hubungi, Levi jadi kesal.  Seolah ia merasa kehilangan, mungkin? Ia tak suka kesepian.

"Kayak Lyodra," gumamnya saat melihat seorang gadis dengan seragam sekolah berjongkok di jalan, ia masih setengah melamun.

"Itu beneran dia, anjirr." Tiba-tiba ia jadi heboh sendiri. Memundurkan mobilnya dan berhenti tepat di samping Lyodra.

"Ngapain nangis di pinggir jalan sih, kalo ada yang jahat kan bahaya, astaga balita." Ia kembali mendumel, turun dan menghampiri Lyodra.

"Lyodra? Hey, ngapain jongkok disana, latihan jadi pemulung?"

Astaga mulut.

Lyodra mendongak dengan mata basahnya. Mata bulat berbeda warna itu sungguh unik dan lucu, ditambah tatapan memelas seperti anak kucing. Sial, ia jantungan.

Ah, ia sudah di tatap begini dua kali omong-omong.

"Lyo–," Kalimatnya terpotong saat Lyodra tiba-tiba menubruk tubuhnya. Melingkarkan tangan di pinggang, menyembunyikan wajah di dadanya. Tepat di dada kiri. Oh hey, jangan sampai tuan putri tahu kalau saat ini ia tengah jantungan.

HETEROCHROMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang