Assalamu'alaikum, semua, bagaimana kabarnya?[follow, vote dan komen ya😊]
Happy Reading!
Kegiatan wajib Levi bertambah. Dulu hanya pergi ngampus, nugas dan rebahan di hari minggu, atau membantu tukang kebun rumah sesekali. Sekarang, dengan terpaksa dan paksaan Levi menjadi supir pribadi gadis di bawah umur yang Maminya kenalkan.
Sebelum menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi supir sekaligus pawang si gadis, Levi sempat menolak mentah-mentah. Gila saja, ia juga punya kegiatan yang sebegitu padatnya, masa harus mengantar-jemput gadis itu kemana saja?
Padahal, saling mengenal saja belum. Pertemuan mereka pun baru empat hari lalu. Aneh sekali, bukan?
Namun, Maminya begitu keras kepala hingga mengancam akan mencoret namanya dari KK. Maka, di terimalah tugas untuk menjaga tuan putri meski dengan sangat terpaksa.
Seperti sekarang ini, pagi-pagi si gadis di bawah umur sudah berdiri cantik di depan rumahnya. Tunggu, apa barusan ia bilang kalau gadis ini cantik?
Hell!
"Ngapain lo?" sarkas Levi.
Si gadis berbalik, lalu tersenyum cerah, mengalahkan cerahnya mentari pagi. "Selamat pagi, Om!" sapanya begitu riang.
Levi terkesima bercampur kesal. "Hm, pagi," jawabnya setengah hati.
Pagi, Ale.
"Ngapain disini? Kagak sekolah?" Levi bertanya kembali.
"Sekolah sih, tapi tadi pas lagi di pasar, ban sepeda Lyora bocor, terus ketemu Mami-Ibu, terus di ajak ke sini. Padahal Lyora udah telat, tapi katanya tunggu sebentar lagi, terus–,"
"Oke oke stop! ribet amat si."
Levi memotong penjelasan si gadis. Bukan apa-apa, ia takut gadis itu kehabisan napas karena terus berbicara.
"Ngapain sekolah ke pasar?"
"Kan jalannya lewatin pasar, terus nggak sengaja ketemu Mami-Ibu, jadi–,"
"Iya iya, terserah," sela Levi.
"Yaudah, lo nungguin Mami, kan? Tunggu aja di dalem, bilangin gue berangkat ngampus."
Si gadis mengangguk polos. Levi berjalan cepat, sebuah kesempatan untuk ia lari dari tanggungjawab mengantarkan gadis itu ke sekolah. Lagian, kelasnya juga akan di mulai setengah jam lagi.
Jadi, jangan salahkan dirinya!
"Levi!"
Baru saja ia membuka pintu mobil, teriakan melengking Maminya terdengar, bahkan sampai membuat tetangga yang sedang menyiram tanaman terkejut.
"Apa sih?"
"Anterin mantu dulu ke sekolah, dia udah telat, ban sepedanya bocor."
Levi menghela napas lelah. "Levi juga telat, Mi–,"
"Anterin dulu, nggak sampe satu jam," keukeuh Franda sambil sibuk mengangkat sekantung kresek besar belanjaan.
"Kenapa nggak Mami aja yang anter? Kenapa ganggu Levi terus?" kesal Levi.
"Lupa yang Mami bilang? Dia tanggungjawab kamu."
"Sejak kapan?! Kita aja nggak punya ikatan!" frustasi Levi.
Sedangkan si gadis nampak tenang, menyimak mereka yang lagi-lagi beradu argumen karena dirinya sambil meminum jus kemasan yang Mami-Ibu belikan.
"Yaudah tinggal jadian, gitu aja repot!" Franda pergi, tak membiarkan Levi mendebatnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HETEROCHROMIA
Random"Om juga berhak bahagia. Mau nggak, di buat bahagia sama Lyora?" Levi tak ingin munafik, ia merasa terbang dengan gombalan anak kecil ini. "Bisa nggak, jangan manggil gue Om terus?" "Bisa. Lyora udah telat nih, ayo Uncle!" 𝘍𝘶𝘤𝘬 𝘺𝘰𝘶 𝘨𝘪𝘳𝘭...