13. Scarlett

335 62 10
                                    

Happy Reading!


"Makasih Om. Hati-hati!" Levi mengacungkan jempolnya.

"Jangan permalukan Papa lagi dengan bullying yang kamu lakukan, ingat itu!"

Lyodra menoleh saat mendengar ucapan tegas itu. Ia melihat Scarlett yang berjalan bersama Ayahnya. Tumben sekali, biasanya Scarlett selalu berangkat dan pulang bersama Alaska.

Sedangkan Scarlett nampak tidak mendengar apa yang Ayahnya katakan. Lebih memilih untuk mendengar lagu dari airpods yang ada di telinganya.

"Scarlett dengar Papa!" Ridwan yang sudah geram pun mengambil paksa airpods dari telinga Scarlett dan tak sengaja menarik antingnya sampai berdarah, namun mereka tidak menyadarinya.

Gadis itu meringis, menatap tajam. "Iya! Semuanya udah Scarlett dengerin sampe telinga Scarlett panas! Puas!"

Lyodra terkejut. Masih diam diambang pagar bahkan saat motor Alaska melewatinya. Mereka bertatapan hingga Alaska turun dengan tergesa dan menghampiri Scarlett.

"Om, biar Alaska yang nasihatin Scarlett." Ridwan mengangguk.

Alaska merangkul bahu sahabatnya, tak sengaja Scarlett menatap atensi yang begitu ia benci membuatnya semakin emosi.

Lyodra menunduk saat mata tajam Scarlett menyorotnya.

***

"Carl, jangan teriak sama orang tua, kasian Om Ridwan. Hm?"

Scarlett meringis saat Alaska mengobati telinganya. "Biarin kenapa si, dia aja nggak sayang sama gue. Tiap hari kerjaannya marah, ceramahin gue terus."

"Itu demi kebaikan lo. Gue yakin Om saya–,"

"Cukup! Dia nggak sayang gue. Dan lo, jangan belain si anak anjing terus!"

"Carl, gue fikir ide lo keterlaluan. Lo tahu, gue juga benci dia. Tapi ini keterlaluan, Carl. Lo ngerti–,"

"GUE NGGAK NGERTI!" Scarlett berteriak, menepis tangan Alaska yang hendak mengobati telinganya.

"Gue nggak ngerti kenapa lo semua selalu bela dia dan nentang gue, Ka! Lo liat tadi, si mata anjing liat gue dimarahin Papa, dia pasti seneng! Dia senyum liat gue dimarahin dan gue nggak terima, Ka!"

Alaska mencoba menenangkan sahabatnya dengan memegang kedua tangan Scarlett. "Gue nggak belain dia. Tapi kalau lo lakuin ini, Om pasti akan semakin marah. Kesempatan lo akan habis. Jangan lakukan itu, oke?"

Setelah beberapa detik, Scarlett pun mengangguk. Alaska kembali mengobati telinga sahabatnya. Ia mengajak Scarlett untuk masuk ke kelas bersama.

***

Semua siswa mulai keluar untuk praktek olahraga di lapangan. Beberapa ada yang sudah beranjak, berjalan lebih dulu bahkan ada yang sudah keluar sambil tertawa senang.

Kecuali Lyodra.

Gadis itu masih berusaha bangkit dari duduknya. Namun tidak bisa, seolah ada lem di kursi yang kini ia duduki. Sampai akhirnya Pak Sam pun  menegur Lyodra sebab tak kunjung berdiri.

"Kenapa kamu diam Lyodra, lagi sakit?"

Gadis itu menggeleng. Jantungnya sudah berdegup kencang. Cemas sekali sampai seluruh tubuhnya terasa panas. Lyodra yakin ada yang tidak beres. Mendengar hal itu, beberapa murid pun mengalihkan atensi mereka pada Lyodra. Bertanya-tanya mengapa gadis yang kerap kali jadi bahan bullyan itu tidak kunjung beranjak.

"Kalau begitu ayo. Kamu membuang waktu mengajar saya." Pak Sam memang begitu, tak suka jika ada yang tidak tepat waktu.

"T-tapi, Pak. Lyora.. Ini...," Rasanya sulit sekali untuk menjelaskan bahwa ia sulit untuk berdiri atau mengangkat tubuhnya.

HETEROCHROMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang