Ditunggu jejaknya yaa, terimakasih sudah menunggu. Selamat membaca;)
..
"Ilsa, janji jangan bilang kesiapa-siapa. Oke?"
Ilsa mengaitkan kelingkingnya dan tersenyum. "Aku ragu mereka akan berhenti. Apalagi aku denger Alaska bentak Scarlett dan hubungan mereka renggang."
Dahi Lyodra mengerut. "Kenapa?"
"Katanya Alaska nggak suka kelakuan Scarlett yang naruh lem di kursi kamu. Nama kamu banyak dibahas di forum sekolah."
Lyodra tak terlalu terkejut. Kejadian tadi cukup menghebohkan, bahkan semua warga sekolah mulai mengenalinya. Tak jarang, yang dulunya bersikap biasa saja, kini selalu menatapnya saat ia berjalan di lingkungan sekolah.
"Scarlett emang dari dulu suka bully, ya?"
Ilsa menggeleng. Ia sudah satu sekolah dengan Scarlett sejak SD. Dulu, Scarlett adalah pribadi yang baik, walaupun sikapnya dingin dan kesannya jutek. Ia juga tahu betul apa yang menjadikan Scarlett seperti sekarang ini; berubah hampir 180° menjadi orang lain.
"Dulu Alaska pernah jadi korban bullying dan Scarlett selalu lindungi dia."
Lyodra tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ini terlalu mencengangkan.
"Mereka hidup dikeluarga yang tidak seberuntung kamu. Untuk Scarlett, Ibunya meninggal saat dia berusia dua tahun. Scarlett selalu sendirian, sampai akhirnya ketemu Alaska yang lagi dibully sama beberapa orang. Sejak itu mereka selalu sama-sama. Tapi bukan berarti bullying terhadap Alaska berhenti, bullying verbal masih sering dia terima dan Scarlett selalu marah bahkan sampai nangis. Aku rasa, itu penyebab Scarlett menjadi pelaku. Ia mencoba membalas apa yang udah terjadi sama sahabatnya. Kasih sayangnya berlebihan, yang akhirnya malah jadi toxic dan boomerang untuk dia."
Lyodra berusaha mencerna semuanya dengan baik. Kini, Lyodra mengerti kenapa Scarlett suka sekali membully. Itu hanya untuk membalas atas apa yang telah Alaska terima dimasa lalu. Tapi bukankan ini salah dengan melampiaskan pada orang yang tidak ada hubungannya dengan mereka?
"Kalau Alaska, dia punya trauma sama–,"
Meaw!
"Astaga Ilsa, nanti dulu ceritanya. Itu ada kucing kasian!" Pekikan Lyodra sontak menghentikan Ilsa. Gadis itu sudah belari menuju selokan, tempat terdengarnya suara eongan kucing.
Susah menggunakan bambu, Lyodra pun nekat turun kedalam selokan yang lumayan berair untuk menolong si kucing, tanpa memikirkan bahwa selokan itu bau dan kotor. "Ya ampun, Ly. Sepatu kamu kotor, cepetan naik!"
Ilsa mengulurkan tangannya dan membantu Lyodra naik dengan kucing yang bergetar hebat dalam pelukannya.
"Lebih baik kita serahin ke klinik hewan disekitar sini. Ayo." Lyodra mengangguk dan mengikuti Ilsa.
***
Pagi ini, Lyodra berangkat sekolah menggunakan sepeda karena Levi yang tidak bisa mengantarnya sebab ada kelas pagi juga. Gadis itu senang bukan main saat mendapati Ilsa ada diparkiran khusus sepeda.
"Kamu nggak dianter Kak Levi?"
"Om sibuk, ada kelas pagi katanya." Ilsa masih suka terkekeh mendengar panggilan itu.
"Anak miskin dan anak anjing. Pas banget." Ucapan sinis itu menghancurkan pagi mereka.
"Kalian emang cocok jadi temen, pasti seneng banget kan akhirnya kalian punya temen sefrekuensi?" Scarlett menambahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HETEROCHROMIA
Разное"Om juga berhak bahagia. Mau nggak, di buat bahagia sama Lyora?" Levi tak ingin munafik, ia merasa terbang dengan gombalan anak kecil ini. "Bisa nggak, jangan manggil gue Om terus?" "Bisa. Lyora udah telat nih, ayo Uncle!" 𝘍𝘶𝘤𝘬 𝘺𝘰𝘶 𝘨𝘪𝘳𝘭...