PROLOG

2.1K 66 6
                                    

Introvert, satu kata berjuta makna.
Jika anda salah kaprah, maka bersiaplah terperangah.
_____

"Menyendiri mulu hobinya."

"Percuma pinter kalo gak punya temen."

"Gak ada yang mau temenan sama lo."

"Kasihan, udah bisu gak punya teman lagi."

"Ke sekolah cuman untuk 3D, duduk, diam, dengkul."

Cibiran seperti itu atau bahkan lebih sudah menjadi makanan setiap hari bagi Reni. Gadis malang itu tidak menampik apalagi melawan semua itu, dia hanya bisa tertunduk sembari tersenyum pilu penuh arti.

"Stop!!! Hidup kalian udah se-perfect apa, sampai harus ngurusin hidup orang lain?" Ujar gadis cantik yang baru saja memasuki kelas.

Mendengar hal itu Reni seketika mendongak, berniat melihat siapa orang yang sudah membelanya.

"Huuuhh," suara sorakan dari kelas.

"Kuker banget jadi orang," ujar gadis cantik berambut panjang itu.

"Ohiya, gue boleh duduk disini ya? Gue belum dapat bangku soalnya." Lanjutnya meminta pada Reni yang sedang menatapnya sedari tadi.

Reni yang ditanya hanya mengangguk sembari tersenyum.

Hari ini adalah hari pertama bagi siswa-siswi bersekolah setelah libur panjang semester. Seperti Reni sekarang, yang baru menginjak kelas 12 begitu asing mendapati wajah-wajah baru dikelas barunya ini, yakni 12 MIPA 1. Karena metode penaikan kelas di sekolah ini adalah, student mixed jadi setiap kenaikan kelas, siswa-siswi akan memiliki kelas yang berbeda dari sebelumnya.

"Btw, kenalin nama gue Nanda. Alumni dari kelas 11 MIPA 2." Gadis berambut panjang itu menjulurkan tangannya.

"Reni, alumni 11 MIPA 3."

"Salam kenal yah, Reni." Nanda tersenyum dengan uluran tangan yang telah terlepas.

Tak ada lagi percakapan setelahnya, karena pembelajaran pertama telah dimulai.

°°°°°°

"Reni, ke kantin yuk!" Ajak Nanda, sembari memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

Reni tersenyum, "Aku bawa bekal." Jawabnya memperlihatkan bekalnya.

Nanda hanya mengangguk paham. "Kalo gitu gue ke kantin yah." Di balas anggukan oleh Reni.

Selang 3 menit, Nanda kembali lagi dengan berbagai jajan yang diisi kantong plastik di tangannya. Melihat hal itu membuat Reni mengernyit bingung.

"Kantin penuh?" Tanya Reni hati-hati.

"Nggak kok. Sengaja mau makan di sini biar lo nggak sendiri," jawab Nanda tanpa memalingkan wajahnya dari jajan yang dibelinya.

Reni sontak tersenyum, mendengar jawaban dari teman sebangkunya itu. Belum pernah Ia temukan orang sebaik Nanda selain ayah dan bundanya.

"Makasih." Ucapan ini tiba-tiba terlontar dari mulut Reni.

Nanda seketika menoleh, "Makasih? Untuk apa?" Tanyanya bingung.

"Karena tadi udah ngebela aku."

"Haha. Reni kitakan teman, masa iya gue jahatin lo. Atau kita jadi sahabat, mau?" Tanya Nanda yang diangguki cepat oleh Reni.

Nanda tersenyum melihat sahabat barunya itu.

"Makasih juga, udah mau jadi sahabat aku."

"Reni, dalam pertemanan tidak ada kata makasih, maaf dan tolong. Sekali lagi lo ngomong makasih, gue gak mau lagi jadi teman lo."

"Maaf, Nan." Jawabnya, yang dibalas putaran bola mata oleh Nanda.

"Ren, gimana kalo kerja kelompok yang di kasih tadi, kita kerja di rumah lo aja?"

"Boleh."

"Yaudah catat nomer lo di ponsel gue, nanti sore shareloc alamat rumah lo ya!" Nanda menyerahkan HP nya tanpa mengabaikan jajan yang banyak dibelinya.

Dengan senang hati, Reni menerima ponsel tersebut.

TBC

Holla, welcome to the second story🌻
ALTRUISTIC
Don't forget to vote yah, Semoga suka sama prolognya🦋

Cerita ini hasil gabut author yang gak tau mau ngapain selama
libur semester, waktu luangnya banyak jadi milih buat cerita ajah, itung-itung ngisi waktu sebelum masuk kuliah lagi, mhuehehe.

Jadi karena hasil gabut, maaf ajah kalau ceritanya rada flat.
Yang suka sama konflik ringan, cocok nih ama cerita aku. Tapi  bagi yang gak suka, skip ajah yah <3

Altruistic✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang