04| Keputusan

447 33 5
                                    

Terkadang, keputusan berat harus diambil
agar bisa membuat semuanya lebih baik,
walaupun kita belum mengetahui MASA DEPANNYA
akan seperti apa.
____

Semuanya menunggu keputusan dari dua orang yang sedang sibuk dengan fikirannya masing-masing.

Reni mengingat beberapa hari yang lalu saat Ia melihat mobil ayahnya yang berada disebuah hotel. Ternyata, orangtuanya juga berada di acara yang sama dengan yang Ia hadiri bersama Nanda.

"Jadi, ayah dan bunda ke hotel waktu itu juga ke acara Bian? Sekaligus bicarain soal perjodohan? Astaga. Ternyata anaknya om Harun itu Bian." Batinnya.

Sebelum keputusan, Reni begitu terkejut karena yang akan dijodohkan olehnya adalah Bian, pacar sahabatnya. Lantas apa yang harus Ia katakan kepada sahabatnya?

Tak kalah terkejut, Bian juga sama terkejutnya dengan Reni. Ternyata yang akan dijodohkan dengannya adalah sahabat dari pacarnya sendiri. Lantas bagaimana cara menjelaskan semua pada kekasihnya?

Itulah yang membuat mereka bingung sekarang. Di tambah semua mata tertuju pada mereka seraya berharap kabar baik keluar dari mulut mereka.

"Bian, jadi gimana nak?" Tanya Harun, papa nya Bian. Lelaki paru baya yang sedang duduk di kursi roda.

"Tapi Pa, Bian masih SMA. Selain itu Bian juga udah punya PACAR, kenapa sih harus buru-buru? Kan bisa nunggu Bian tamat SMA dulu." Jawabnya menekankan kata pacar.

"Papa tidak memaksamu dengan yang lain, tapi papa tidak bisa mencarikanmu gadis yang baik seperti Reni, anak dari sahabat papa. Papa bisa jamin kalau Reni itu perempuan yang baik untuk kamu, Karena papa yang liat sendiri sifat, sikap dan sopan santunnya jika Papa berkunjung ke rumahnya." Jelas Harun seraya meyakinkan putranya.

"Selain itu, dalam kondisi papa yang seperti ini, papa tidak menjamin bisa melihatmu di pelaminan suatu saat nanti."

Bian hanya mendengus kesal. Bukan baru kali ini papa nya bicara seperti itu. Namun, setiap kali Harun berbicara demikian, Bian selalu sakit akan pernyataan papa nya itu. Ia sangat menyayangi papa nya, papa yang selalu memberikan apa yang Ia inginkan. Dan sekarang Ia hanya meminta satu hal, lalu kenapa dia harus berat untuk menerimanya?

Reni menarik nafas dalam-dalam, dan memejamkan matanya. "Reni, terima PERJODOHAN ini." Ujarnya, karena iba melihat papa Bian yang sangat berharap akan terjadinya perjodohan ini.

Bian membelalak pada gadis yang duduk dihadapannya itu. Tak percaya jika gadis itu akan menerima perjodohan ini. Namun dibalik itu, semua orang tersenyum mendengar jawaban dari Reni.

Kini, mata semua orang tertuju padanya. Seolah mengintimidasi akan jawaban yang akan terlontar dari mulutnya. Melihat tatapan yang tidak mengenakkan akhirnya Bian mengangguk pasrah.

"Bian juga terima perjodohan ini." Jawabnya lesu.

"Alhamdulillah." Ujar semuanya seraya memeluk kedua remaja tersebut bergantian.

"Tapi, bagaimana dengan sekolah kami?" Hanya satu yang Reni khawatirkan yakni, mengenai sekolah.

"Kalian tidak usah khawatir! Kalian akan tetap bersekolah setelah menikah. Untuk pihak sekolah sendiri, Mama yang akan mengurus semuanya." Jelas Windi-Mama Bian.

"Pernikahannya bulan depan. Tak perlu risau masalah pernikahan, karena bunda sudah mengatur semuanya, mulai dari fitting baju, cincin nikah, dan semuanya."

"Iya, ayah juga sudah mengatur undangan yang akan datang di private wedding ini."

Reni dan Bian secara tidak sadar hanya bisa berpandangan sambil menganga. Seraya mengisyaratkan, Secepat itu semuanya di persiapkan?

°°°°°°

Hari ini untuk pertama kalinya, Reni keluar dari kelas pada jam istirahat. Ini terkait dengan rencana perjodohan yang memenuhi fikirannya, sehingga tidak bisa berfikir jernih dalam kelas.

Dan sekarang, Ia sedang duduk di bangku taman sekolah yang berada di bawah pohon besar. Reni sedang menatap lurus ke depan, hanya Tuhan dan dirinya lah yang tau apa yang sedang Ia pikirkan saat ini.

"Reni? Tumben Lo kesini. Ada masalah?" Nanda memudarkan lamunan Reni, yang sekarang ikut duduk di sampingnya.

"Enggak kok." Jawabnya memperbaiki mimik wajahnya agar terlihat tidak ada masalah. "Ini, di kelas panas sekali jadi aku kesini cari udara segar." Lanjutnya, walaupun jawabannya itu tidak sesuai dengan fakta yang dihadapi.

"Oh gitu. Btw, gimana acara pertemuan semalam? Cowoknya gimana? Tampan gak? Mapan gak? Baik gak? Orang tuanya gak killer kan?" Tanya Nanda berulang kali membuat Reni membeku.

Reni tak tahu harus jawab apa. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa yang akan dijodohkan dengannya adalah Bian. Tapi, Reni juga tidak enak untuk menyembunyikan ini dari sahabat nya.

"Ren, kok diam aja? Yaudah, kalo lo gak mau cerita gakpapa kok. Asal jangan diam gini, serem tau liatnya."

"Anu, engh, itu." Lidah Reni keluh untuk mengeluarkan kata.

"Ha? Lo ngomong apa sih? Gue gak ngerti bahasa gituan." Nanda memang seperti ini, cerewet dalam segala hal, namun sangat menjunjung nilai persahabatan.

"Itu, eh pertemuan keluarga nya diundur. Iya di undur," gugupnya.

"Oalah, kirain udah ketemu. Pantas saja lo menyendiri kesini. Lo pasti udah gak sabar kan pengen ketemu calon suami? Hhaha." Nanda menggoda Reni yang membuatnya mendapat dorongan pelan dipundaknya.

"Gak, Nan. Jangan nethink deh."

"Helleh!! Ada yang lagi malu-malu cat. Ngaku aja deh, Haha." Gelak tawanya sembari memainkan ponsel.

"Kenapa?" Tanya Reni saat melihat perubahan raut wajah Nanda yang kembali sibuk dengan ponselnya.

"Ini, dari kemarin Bian susah banget buat dihubungi."

Reni diam sejenak, "mungkin Bian lagi ada urusan." Alibinya.

"Tapi, setiap ada urusan Bian biasanya ngabarin gue. Tapi sekarang gak ada sama sekali, aneh deh. Sekarang juga dia gak masuk sekolah."

"Bisa saja dia mau ngabarin tapi Hp nya lagi mati atau lupa bawa hp."

"Ih positif thinking banget sih sahabat gue. Jadi punya cerminan buat positif thinking deh." Nanda mencubit pipi sahabatnya yang menurutnya sangat polos.

"Andai bisa, aku ingin sekali menceritakan semuanya Nan. Andai kamu tau yang sebenarnya. Tapi, aku takut kamu jadi benci sama aku. Maafkan aku, Nanda." Batin Reni, saat melihat Nanda tertawa saat menggodanya.

TBC

Sengaja gak ngasih cast, biarin reader yang bereksperimen dan berimajinasi sendiri🎭

Tap-tap vote nya don't forget, yeah:)

Altruistic✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang