01| Terbaik

845 44 3
                                    

Tak bisa dipungkiri, sesederhana apapun rumah itu tetapi tetap menjadi istana ternyaman bagi setiap penghuninya.
_____

"Assalamualaikum," Reni memasuki rumahnya.

Rumah yang selalu menjadi tempat ternyamannya, rumah yang menjadi saksi akan kesendirian dan kesepiannya, dan rumah yang selalu dirindukan ketika dia jauh.

"Waalaikumsalam." Ujar seorang wanita paruh baya menghampiri Reni yang baru saja pulang sekolah. Sedangkan Reni mencium punggung tangan bundanya itu.

"Anak bunda udah pulang." Muti mencium puncak kepala anaknya, "Yuk makan siang sama-sama! Kebetulan ayah juga baru pulang kantor." Ajak Muti, Reni hanya mengangguk mengiyakan dengan senyuman.

"Hey anak ayah udah pulang sekolah. Gimana hari pertama sekolah setelah liburnya?" Ardi-ayah Reni, mengelus puncak kepala anaknya.

"Seperti biasa ayah."

Mau jawab gimana lagi? Toh selama ini yang didapatkan Reni di sekolah hanyalah cibiran yang mengatakannya siswi bisu. Padahal dia juga ingin seperti yang lain, namun sifat orang beda-beda tak bisa disamakan apalagi dipaksakan.

"Bunda, ayah, teman Reni mau datang hari ini. Gakpapakan?" Tanya Reni disela-sela makannya.

"Gapapa dong sayang." Jawab Bunda nya, "Kebetulan bunda juga buat pudding banyak hari ini, jadi bisa bunda suguhin untuk teman kamu nanti." Lanjutnya.

"Wah temennya cowok atau cewek nih?" Goda ayahnya. Ayahnya memang seperti itu selalu menggoda Reni, sedangkan Reni hanya tersenyum malu.

"Teman Reni cewek, ayah." Jawab Reni dengan cemberut. "Reni ke atas dulu ya, Bun, Yah. Mau mandi," pintanya yang diangguki kedua orang tuanya.

°°°°°°

"Reni, ini kok bisa hasilnya jadi -2,5?"

"Iya, karena angka pertama dikali terus dibagi dengan hasil angka kedua." Jelasnya, membuat Nanda mengangguk paham.

"Oh, I see. Ternyata mudah juga, makasih ya." Reni hanya mengangguk.

"Nanda, aku mau tanya boleh?"

"Boleh, mau tanya apa?"

"Kamu kok mau temenan sama aku?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Nanda mengernyit, "Kok lo nanya gitu? Jadi lo mau gue musuhin gitu?"

"Bu-bukan gitu, tapi kan orang-orang gak mau temenan sama aku. Beda aja gitu sama kamu, kita baru kenal tadi terus kamu udah mau terima aku jadi teman sekaligus sahabat kamu."

Nanda speechless dengan perkataan Reni Barusan, sampai-sampai mulutnya hanya bisa menganga. "Wahh! sedari pagi, itu adalah kalimat terpanjang yang gue dengar dari mulut lo."

Reni hanya tersenyum kikuk menggaruk sikunya. Dia sendiri juga tidak tau, kenapa bisa ngomong panjang lebar pada Nanda. Mungkin Reni menemukan sisi frekuensi dari Nanda yang sama dengannya.

"Ya jawab dulu Nanda!"

"Emang berteman harus ada alasan yah? Gue baru tau sekarang. Gue berteman itu tulus, Ren. Gak mandang dan tanpa alasan," jelasnya.

"Sahabat dan cinta itu tidak jauh beda. Jika semuanya dilandasi dengan alasan, maka tidak ada pertemanan atau percintaan yang tulus dan abadi," lanjutnya lagi.

Reni tertegun mendengar penuturan Nanda. Nanda begitu tulus berteman dengannya. Nanda menerimanya menjadi sahabat, dikala orang-orang mau berteman dengannya saja tidak mau. Reni berharap pertemanannya dengan Nanda bisa selamanya, karena susah untuk mencari teman yang bisa menerimanya apa adanya.

"Reni, pacar gue ada acara syukuran besok di rumahnya. Lo mau nemenin gue gak? Gue gak tau harus ngajak siapa."

"Tapi, aku gak terbiasa dengan keramaian. Bunda sama ayahku juga pasti gak izinin aku."

"Kan ada gue, nanti gue izinin deh sama tante Muti sama om Ardi juga." Jawabnya.

"Tante boleh nggak Nanda ajakin Reni di acara syukuran teman, besok?" Tanya Nanda pada Muti yang baru saja keluar ke ruang tamu.

"Boleh dong sayang, kalo sama kamu mah. Reni jarang banget keluar rumah selain ke sekolah, karena gak ada yang ajakin." Jawab Muti, "lagian besok Tante juga ada acara di luar sama om. Jadi daripada di rumah sendiri, mending Reni ikut kamu," Lanjutnya.

"Yeay, makasih yah tante."

"Sama-sama sayang. Yaudah lanjut gih, tante mau ke supermarket dulu." Ujar Muti, yang diangguki keduanya.

"Ren, mau ya? Tega lo nyuruh gue pergi sendiri? Tante Muti juga udah izinin lo."

"Kan ada pacar kamu?"

"Iya, tapi pasti dia juga sibuk sama teman-temannya. Please, temanin gue ya?"

Reni menghela nafas berat, "Iya."

"Makasih Reni, lo yang terbaik. Yuk lanjut kerja tugas lagi!" Nanda mencubit gemas kedua pipi sahabatnya itu.

TBC

Vomment guys

Altruistic✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang