Ma, Pa, Lihatlah! putrimu kini udah dewasa.
Yang dulu masalahnya hanya menyangkut rengekin mainan, sekarang masalahnya menyangkut hati.
____Bumi yang terus berputar, Malam dan hari yang terus berganti, waktu yang terus melaju, masa yang terus berjalan, dan cintanya terus bertambah.
Setiap hari, rasa cintanya kepada suaminya itu semakin bertambah. Reni tak menampik jika Ia memang takut kehilangan Bian. Namun, mungkin takdir tak mengizinkannya untuk bersatu, sehingga saat ini Bian hanyalah milik Nanda, dan hanya mencintai Nanda.
Baginya, tak apa jika cinta Bian tak untuknya. Ia sudah cukup bahagia bisa melihat Bian setiap hari, apalagi ketika melihat senyumnya.
"Bian, mau kemana?" Reni menghampiri Bian yang hendak pergi.
"Biasa, jalan sama Nanda." Jawabnya, dan Reni hanya mengangguk-angguk kemudian terdiam.
"Kenapa?" Lanjutnya bertanya melihat ekspresi Reni yang berubah.
"Gak ada kok. Kamu pergi saja, takut Nanda lama nunggunya."
"Hm."
Bian yang baru saja keluar rumah, dikejutkan dengan kedatangan mertuanya. Ia yang awalnya hendak pergi, kini berubah menjadi ajang menyambut mertuanya.
"Ayah? Bunda? Apa kabar?" Bian menyalimi kedua tangan mertuanya, seraya mengantarkannya masuk.
"Alhamdulillah kami baik, Bian." Jawab Muti mengusap rambut menantunya itu.
"Kamu sendiri gimana, Bian?"
"Alhamdulillah ayah, Bian sehat."
Mereka bertiga memasuki rumah. Reni langsung menyambut orangtuanya yang lebih dulu masuk ke dalam rumah sebelum Bian. Tapi yang lebih membuat Ia senang adalah, Bian tidak jadi pergi setelah mengetahui bahwa orangtuanya akan datang.
"Ayah, bunda, Reni kangen banget sama kalian." Reni memeluk kedua orangtuanya secara bersamaan.
"Ayah sama bunda juga kangen sama kamu." Ardi mengusap rambut putri kesayangannya.
"Kamu bilang, Bian gak ada di rumah? Tapi Bian loh yang nyambut bunda dan ayah di depan."
"I-itu bunda, tadi-"
Dengan cepat Bian memotong ucapan Reni. "Tadi Bian rencananya mau ajak Reni jalan keluar, bunda. Tapi Reni nya gak mau, jadi Bian pura-pura ngambek. Biasalah bunda, pengantin baru. Hehe," Bian merangkul pundak Reni, yang kini duduk di sampingnya.
Reni yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa tersipu malu. Di tambah, Bian merangkulnya di hadapan kedua orang tuanya.
"Wah so sweet banget kalian. Liat tuh, ayah!"
"Lah kok malah ke ayah sih." Sungut Ardi mengundang tawa semuanya.
"Kalo gitu, kalian duduk dulu aja! Reni mau bikin minum dulu di belakang."
"Bian juga mau bantu Reni, Ayah, bunda." Ujar Bian berlari mengikuti Reni ke dapur.
"Iya, biasalah pengantin baru. Masih anget angetnya kayak tahu bulat."
Saat serius menyiapkan gelas dan nampan, Reni dikagetkan oleh Bian yang juga mengikutinya.
"Bian? Kok kamu kesini?"
"Lo kenapa gak bilang sih kalo orang tua lo bakal kesini?"
"Sebenarnya tadi aku mau ngomong, tapi katanya kamu mau jalan sama Nanda. Jadi aku gak kasih tau."
Bian tak mendengarkan penjelasan Reni. Ia hanya sibuk menelfon Nanda yang telfonnya tidak bisa dihubungi.
"Telfon Nanda kok gak aktif sih?"
![](https://img.wattpad.com/cover/272911295-288-k24011.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Altruistic✓
ChickLit[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Gue ingin hak gue sebagai suami, SEKARANG JUGA!!' "GAK, LEPAS! Kita masih terlalu muda untuk melakukannya." ~ Starting on March 26, 2021. Ending on September 29, 2021.