31| Salah paham

309 18 1
                                    

Penyesalan selalu datang belakangan,
kalo didepan itu namanya permulaan.
_______

Sudah beberapa hari ini Reni berusaha menjauhi dan tidak menggangu Bian, sama seperti dengan apa yang diinginkan Bian.

Bukan maksud untuk mengiyakan perintah Bian, tapi Reni ingin Bian fokus dengan ujian, dimana hari ini adalah hari terakhir. Ia tak ingin, jika Ia masih sering mengganggu Bian, Bian akan terus-menerus emosi yang akan berdampak pada ujiannya.

"Aku rasa, sebaiknya kamu minta maaf sama Bian, Alam! Kalian kan temenan, gak baik kalo terus-menerus musuhan kayak gini." Usul Reni.

"Iya, gue setuju apa kata Reni." Sahut Nanda.

"Gue juga merasa bersalah dengan apa yang sudah gue perbuat padanya. Seharusnya, gue bisa ngontrol emosi waktu itu."

"Terkadang emang penyesalan adanya dibelakang." Sahut Rio.

"Yaiyalah, kalo di depan bukan penyesalan namanya, tapi permulaan." Timpal Alam, merebut pop ice Rio.

"Haus bang? Gak modal banget sih." Rio merebut kembali pop ice yang diambil Alam.

"Nyoba dikit."

"Guys, bentar lagi kita lulus nih. Tinggal nunggu pengumuman. Kalian pada mau lanjut kuliah, kerja, apa nikah?" Tanya Nanda, melahap siomaynya.

"Kalo aku sih, mau lanjut kuliah."

"Sama, gue juga." Ujar Nanda dan Rio barengan.

"Kalo gue, mau nikah aja kalo sudah ada calon. Capek gue belajar mulu, ujung-ujungnya cuman dapet selembar kertas. Malah deretan nilai yang terpampang jelek semua lagi."

"Pertanyaannya nih, calonnya udah ada gak? Hahaha." Ejek Rio, yang membuat Alam menatap sendu.

"Itu dia! Kalo diliat-liat, gue ganteng kok. Fashion gue juga oke. Tapi, heran aja cewek-cewek pada gak ada yang mau gue deketin."

"Nasib-nasib."

°°°°°

Alam berniat meminta maaf kepada Bian dengan mengunjungi rumahnya. Ia berfikir, kejadian waktu itu adalah kesalahannya.

Alam menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. "Iya, gue harus minta maaf sama Bian, hari ini."

Tingg!! Tongg!!

Tok!! Tok!!

Berulang kali bel rumah Ia pencet, namun tidak ada sahutan dari dalam rumah. Pintu juga sudah berulang kali Ia ketuk, namun tidak ada satupun yang membukakan pintu.

Apakah tidak ada orang?

Tapi, mobil mereka ada terparkir di depan rumah.

Akhirnya, Alam memberanikan diri untuk membuka pintu yang ternyata tidak terkunci.

Betapa terkejutnya Alam, melihat Reni sudah tergeletak pingsan di samping kursi ruang tamu. Dengan cepat, Ia berusaha menolong Reni.

"Bian? Bian?" Panggilnya, mencari-cari Bian namun yang dicarinya tidak kunjung Ia temukan.

Karena kasihan dengan kondisi Reni, Alam memutuskan untuk membawa Reni pergi ke rumah sakit menggunakan mobil Bian, yang kebetulan kuncinya selalu di gantung di dekat tv.

Alam membawa Reni ke klinik papa nya, namun klinik tersebut terlihat sepi dari luar.

"Papa ada, pak?" Tanyanya pada security yang berjaga.

"Gak ada tuan. Beliau ada urusan di rumah sakit bersalin dokter Bima." Jawabnya, yang dibalas anggukan oleh Alam.

"Makasih pak."

Alam memutar ara dirinya dan Reni ke rumah sakit dokter Bima.

Di perjalanan, Alam melihat Bian di atas motornya yang terparkir di depan rumah Nanda. "Dasar laki-laki bajingan!" Geramnya.

Bian juga melihat mobilnya, melewatinya.

"Siapa yang pakai mobil gue?" Monolog-nya.

Sesampainya di tempat tujuan, Alam langsung menggendong Reni memasuki rumah sakit bersalin tersebut, untuk menghampiri bokapnya.

"Dimana dokter Arya?" Tanyanya pada receptionist.

"Ada di ruangan dokter Bima."

Dengan cepat, Ia membawa Reni masuk ke ruangan dokter Bima untuk menemui papa nya.

Alam membuka pintu, tanpa mengetuk terlebih dahulu. "Aku sudah ke klinik papa. Tapi katanya, papa ada disini. Tolong periksa, teman Alam dulu, Pa! Dari tadi dia sudah pingsan." Alam membaringkan Reni di tempat tidur rumah sakit di sana.

Setelah diperiksa, Reni juga berangsur sadar.

"Gimana pa?"

"Teman kamu cuman kelelahan, mungkin kekurangan tidur. Nanti papa kirimkan resep obat, kalau papa sudah sampai di klinik."

"Makasih pa, kalo gitu aku bawa teman aku pulang dulu." Alam memapah Reni keluar dari rumah sakit bersalin itu.

"Alam, aku gak mau pulang dulu."

"Terus lo mau kemana?"

"Aku mau makan ice cream dulu."

"Oke."

Dari kejauhan, Bian yang dari tadi mengikuti mereka, kini mengepalkan tangannya di atas motor, setelah melihat nama rumah sakit itu, RUMAH SAKIT BERSALIN DOKTER BIMA.

Apalagi yang akan dilakukan 2 orang lelaki dan perempuan ketempat seperti itu selain...

Mungkin seperti itulah fikirannya.

Di tambah Ia melihat Alam memapah Reni keluar dari sana, membuat kecurigaannya bertambah dua kali lipat.

Dengan emosi yang meluap, Ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, menjauh dari tempat itu.

TBC

Cusss di Vomment (◍•ᴗ•◍)❤

Altruistic✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang