Chapter 18

1.1K 230 28
                                    

Happy Reading~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

-----------٩(//˙Π˙//)۶----------

Brukk!!

"HUAA- HMPP?!!!" jeritanku terhenti saat mono menutup mulutku dan menarikku kebelakang untuk bersembunyi. Lalu ia mengintip ke dalam ruangan-memastikan keberadaan the viewers.

Astaga, jantungku! Viewers sialan. Hampir saja aku mati karena jantungan.

"Sebenarnya dia jatuh dari mana, sih?" gumamku kesal saat melihat atap yang kini berlobang, karena the viewers tiba-tiba jatuh dari atas.

"Ayo pergi," ajak mono setelah memastikan mahkluk berwajah gelombang itu hilang. Ia menggenggam tanganku, membuatku harus berjalan mengimbanginya.

Wah. Rupanya anak ini sudah berkembang. Mono tidak memerlukan izinku lagi saat ingin menggenggam tanganku. Kalau dulu-dia selalu saja mengulurkan tangannya padaku-menungguku menyambutnya untuk bergandengan. Beda halnya dengan six yang memang suka menyeret anak orang kesana-kemari.

Bulu kudukku berdiri ketika melihat the viewers membungkuk-memasukkan kepalanya kedalam tv yang sudah pecah. Aku sempat heran, kenapa kepalanya tidak berdarah? Tapi kemudian aku sadar, pertanyaanku sangat tidak berguna.

Duk!

"Ugh, six. Jangan lakukan itu..." tegurku ngeri saat melihatnya menendang the viewers.

Six menatapku sebelum menjawab, "Dia sudah mati."

"..."

Sungguh, terkadang aku tidak paham apa yang ada dikepala six. Padahal hanya dengan melihat pun aku tau monster itu sudah tidak bernyawa...

---٩(//˙Π˙//)۶---

Setelah melewati rumah terkutuk itu, akhirnya kami sampai disebuah lift. Dan sekarang-aku bersama six-sedang menunggu mono membuka liftnya dari luar.

Serius, ini terlalu canggung. Mungkin hanya aku yang merasa seperti ini. Tentu saja, itu karena six terus memandang wajahku dengan tatapan... ehm... berbinar?

Aku tidak tau ini benar atau tidak, tapi tatapan six seolah berkata, Kau cantik. Atau sejenisnya.

...Sial, aku jadi merinding sendiri membayangkannya.

Dengan segenap keberanian, aku pun balik menatapnya. Berharap ia paham arti dari pandanganku. Dalam hati aku berkata, Apa lihat-lihat?

"Maaf, aku lama, ya?" ucap mono yang tiba-tiba saja berada didepanku.

Aku menggeleng pelan, "Tidak kok~"

Klang!

Pintu lift terbuka.

Aku melangkah keluar, dan langsung disambut oleh genggaman mono.

Hangat, tangannya terasa hangat. Tidak seperti tangan six-tangan mono sedikit kasar. Itu wajar, karena yang paling banyak bekerja disini adalah dia. Walau begitu, rasanya tetap nyaman.

Pada akhirnya, kami keluar dari bangunan ini dengan sunyi senyap. Hanya suara mono yang sesekali terdengar memerintah six untuk membantunya.

Aku? Aku hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Aku sudah jera dengan tulisan maut dihologram. Dan mereka pun sepertinya juga begitu.

I'm With U (Little Nightmares x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang