Dari lockscreen ponsel Jungwon, jam sedang menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Meskipun matahari berada tepat di tengah tengah bumi, dia masih bisa merasakan sejuknya angin yang berhembus dari arah selatan.
Tidak seperti di Jakarta. Biasanya di jam jam seperti ini Jungwon sudah memegang plastik es teh di tangan kanannya dan kipas baterai di tangan kiri. Tapi kata Jay, panasnya Jakarta masih belum seberapa panas dari Surabaya. Jadi, Jakarta memang panas tapi Surabaya lebih panas.
Sambil menunggu Ibu dan Ayahnya pulang berkerja, si manis duduk di depan televisi yang sedang menayangkan anime Naruto yang tayang lebih lambat dari biasanya. Kalian jangan mengira Jungwon tidak melakukan apapun di rumah, dia sudah berperan sebagai pengganti Eunha dari tadi pagi. Cuci piring, cuci baju, menyapu, mengepel, menjemur pakaian, semuanya sudah Jungwon lakukan.
Jika kalian bertanya dimana Jay, laki laki tampan itu sudah sedari tadi pergi menyusul Soobin untuk membantu pekerjaan Ibu dan Ayah Jungwon yang sekiranya dapat dia lakukan.
Sejujurnya Jungwon tak yakin apakah Jay bisa membantu disana atau tidak, pasalnya tadi pagi dia bilang.
"Serius, ini pertama kali dari sekian lama aku ndak main ke sawah. Itupun dulu pas masih SD, main layangan sama temen temen. Tapi abis itu langsung di marahin ndak boleh mama main lagi soalnya aku pulang pulang jelek banget kayak bukan anaknya papa mama. Item, dekil, bau keringet"
Jungwon sempat kaget sebenarnya, dia mengira bahwa mainan masa kecil Jay hanya memainkan benda benda mahal yang di belikan oleh orang tuanya. Ternyata Jungwon salah, Jay juga pernah bermain layangan seperti anak anak pada umumnya.
Di tengah tengah kegiatannya menonton tv, atensinya teralihkan oleh 2 suara yang bersahutan di ambang pintu. Itu suara Jay dan Soobin yang baru saja selesai mencuci tangan dan kakinya di luar.
Setelah mereka berdua masuk dan melewati Jungwon, si manis terkaget melihat keadaan Jay yang sangat jarang dia jumpai. Dengan rambut dan baju hitamnya yang basah oleh keringat, Jay tiba tiba merebahkan dirinya di atas lantai begitu saja. Mungkin badannya terlalu panas dan gerah, jadi dia menggunakan lantai rumah yang dingin untuk meredakan panas tubuhnya.
"Ada air dingin di kulkas, koko mau?"
Jay menggeleng "Tadi udah minum es. Ndak boleh es teros, engkok watok"
(Nanti batuk)
Si tampan dengan tiba tiba melepas kaos hitam yang dia kenakan, lalu menggunakannya untuk mengipasi tubuh berkeringat itu dengan harapan agar badannya sedikit sejuk.
"Aku setiap selesai work out ndak se panas ini. Kalo ini bisa bisanya luar dalem ikut panas" Sambatnya.
"Tapi akhirnya koko tau kan gimana susahnya cari uang?" Tanya Jungwon, membuat Jay spontan menoleh.
"Aku izinin koko bantuin bapak sama ibuk biar koko tau gimana rasanya cari uang di bawah sinar matahari. Aku izinin koko juga biar koko berhenti beli barang barang ga guna karena ga semua orang dengan gampangnya cari uang buat beli semua yang mereka mau"
"Oh jadi itu motif kamu?"
"Tapi aku sekarang wes tobat dek, ndak pernah lagi beli barang barang unfaedah"
Mendengar perkataan omong kosong Jay, Jungwon lantas memasang muka tak percaya sembari berkata "Ah, masa?"
"Terus yang terakhir kali aku main ke apart koko ada box PS5 di depan tv itu apa? Gratis? Nemu? Menang give away?"
"Lho kok kamu tau?" Tanya Jay kaget.
"Ya siapa suruh di tarok depan tv? Dikira aku ga ngeliat ada box segede itu? Kalo mau beli diem diem tuh di sembunyiin. Di tarok atas lemari kek, bawah kasur, biar ga ketauan. Ya gapapa kalo harganya 100 200 ribu, aku ga bakal ngoceh kaya gini. Itu 11juta kokooo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Boyfriend || Jaywon [SUDAH TERBIT]
Roman d'amour❏༄bagaimana jadinya jika seorang crazy rich surabaya menjalin hubungan dengan seorang anak petani? ❍bxb ❍lokal ❍fluff ❍harshwords ❍mpreg