07. Mari Berteman, Nona

15 4 0
                                    

Ada sebuah rencana yang dia ciptakan. Berhati-hatilah, jika tidak, maka kau akan masuk ke dalam dunia suram yang sesungguhnya.

Ready?

•••

Walaupun terjadi pro dan kontra antara Lula bersama Avi, Pak Tetua sudah memutuskan untuk sementara ini, tidak membahas maupun mencari buku yang dimaksud oleh Frea dan Professor Geo.

Lula kecewa besar, buku tersebut adalah harapan paling mulia bagi Lula, entah benar ataupun tidak isinya seperti apa yang Frea jelaskan beberapa menit lalu. Kini, mereka semua sudah dibubarkan. Lula, gadis ini sementara pula dia akan tinggal di sini, di Istana kuno yang berisi makhluk aneh dengan fisik nyaris sempurna di matanya.

Lula akui, kamar tamu yang dikuasainya saat ini sungguh besar, terlihat klasik, rapi dan mempesona. Seluruh peralatan di kamar sudah terpenuhi, tak ada yang kurang. Pakaian yang disiapkan juga sama, di sini hanya ada mantel bermacam warna, syal, sepatu boot, kaos dan pakaian dalam lainnya.

Ada meja yang di atasnya tertata rapi sebuah tiga rubik, beberapa sayap burung yang dijadikan alat tulis, sebuah guci kecil terisi tinta bewarna hitam, dan kertas keras sedikit kekuningan. Lampu meja, di sebelahnya ada tongkat sihir yang Lula tidak ketahui bagaimana cara menggunakannya.

Lula menghempaskan tubuhnya ke kasur, kedua lengan ia rentangkan, menatap kosong langit ruangan. Berusaha diri menjadi sekuat mungkin, menenangkan pikiran, hati dan meredam emosi yang terus membara. Dia memejamkan mata, menarik napas panjang kemudian diembuskan perlahan.

Malam gelap benar-benar tiba, akan tetapi cahaya bintang diluar sana membuat keindahan tetap terlihat. Kilatan-kilatan cahaya bermacam warna silih berganti melintas di depan rembulan. Lula membuka mata, dia tersenyum penuh arti, merasa beruntung mendapatkan kamar di lantai paling atas khusus tamu. Gadis itu pun berdiri, dia mendekat ke arah jendela berbentuk bulat nan besar dilapisi kaca transparan yang tebal.

“Perasaan ini bercampur menjadi satu, sedih karena tidak berada di dunia yang sesungguhnya. Kecewa karena harapan ingin kembali dihilangkan sementara. Dan, senang. Karena, seumur hidup baru pertama kali melihat keindahan dunia seperti ini, dapat bertemu para penyihir, dan lagi kekuatan ciptaan pendahulu dapat membuat nyaman tapi ingin pergi dari dunia ini, secepatnya,” monolog Lula.

Surai panjang itu berembus kesamping kanan, memperlihatkan leher jenjang, Lula tersenyum getir. Dia menoleh ke kiri, seketika senyumnya luntur kala melihat Kenn dan cahaya biru memutar-mutar di depan Kenn, di balik cahaya tersebut Kenn menatap sinis Lula.

Lula sedikit tersentak, kaget dengan apa yang ada di hadapannya juga di hadapan Kenn. Kemudian, lelaki itu berkata, “Cahaya ini dapat mengeluarkan angin. Yang membuat rambut kusutmu bergerak-gerak itu karena angin dari cahaya ini, hebat 'kan kekuatan di duniaku?”

“Kipas?” tanya Lula, menatap takjub dan ingin menyentuhnya.

Cepat-cepat Kenn menghentikan aksinya, cahaya itu hilang ketika Kenn membuka satu kotak bewarna keemasan. Kemudian, dengan tongkat sihirnya, dia menghilangkan kotak tersebut. Tepatnya, menyimpan, akan tetapi entah kemana disimpan.

Lula mengembuskan napas pasrah, tangan kanan yang baru saja bergerak ingin menyentuh cahaya tersebut, ia tarik kembali dan menatap geram Kenn di depannya.

“Jika kau menyentuhnya, cahaya itu akan membuat tanganmu ikut berputar-putar hingga jari-jari tanganmu putus, bahkan lebih,” ucap Kenn menjelaskan.

Live In The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang