You can, doesn't mean he can too. He can, doesn't mean you can, understand.
•••
Malam ini langit lebih banyak mengeluarkan cahaya kilauan dari sihir, awan ungu bercampur biru tipis, latar hitam nyaris tak terlihat, dan cahaya rembulan itu hanya setengah terlihat karena tertutup awan.
Cahaya bintang bewarna putih bersinar dengan ribuan kawan, memperkuat keindahan dunia sihir semakin kokoh. Embusan angin terasa, perubahan musim membuat salju kian menipis. Dedaunan dari pohon berjatuhan ke bawah, warna cokelat kering, menandakan ini adalah musim gugur.
Setelah sekian lama, pada awal pagi esok akan terlihat banyak kabut. Orang Berlalu-lalang mengenakan pakaian biasa, mantel dan sepatu boot, tanpa syal di leher. Malam ini pula gedung tinggi yang terlihat kuno dan klasik, menampak di kelilingi cahaya sihir saling melempar ke satu sama lain.
Gadis tinggi dan bermata biru, mengenakan jubah bertudung di kepala, dia mengenakan sepatu boot. Dia berdiri di trotoar jalan, samping lampu malam, sembari melihat dunia yang sedang ia tempati. Lula, dia sendiri di sini, menunggu kedatangan seseorang yang ia kabari menggunakan alat canggih seperti para penduduk lainnya.
Sore tadi, Avi menghilang entah kemana tak terlihat lagi sampai sekarang. Lula menyerah, dia teramat kesal dengan lelaki sialan itu. Sikap Avi terlalu berlebihan menurutnya. Pulang dari rumah Avi jalan kaki menuju kediaman Pak Tetua, tak ada alat ataupun sihir membantunya berjalan berkilo-kilo meter. Karena, dia tidak bisa menggunakan sihir, ataupun kendaraan di sini seperti skateboard.
Lula kelelahan, dia belajar sihir dan terus terjatuh ke bawah saat mengudara, dia terpental karena tak kuat menahan sihir yang ia keluarkan sendiri. Setelahnya, dia harus belajar membuat ramuan sihir, memakan ocehan dari Avi.
Tak bisakah, semuanya akan terjalan nanti, diwaktu berbeda. Lihat, gadis ini terlihat lemah berdiri. Tak ada kursi di sini, dia jongkok, menutup kepalanya menggunakan tudung, menenggelamkan kepalanya di tengah kedua lutut kaki yang bersatu, dia memeluk lututnya, memejamkan mata, berharap dia pulang ke dunia asalnya, atau mati saja.
Tak lama, dia pegal sendiri. Suara ketukan sepatu boot yang terdengar lebih dari satu orang, membuat kepalanya refleks mendongak ke atas. Dia tersenyum, seseorang yang ia tunggu sudah datang. Tapi, senyumnya lenyap ketika dia menoleh ke kanan dan kiri.
“Apa kau tidak pegal?” tanya Frea.
“Dia sudah terbiasa, tak mungkin dia merasa pegal. Lihatlah sendiri, bukannya berdiri tapi dia tetap berjongkok seperti orang gila di trotoar jalan,” cemooh Kenn.
“Juga bodoh,” timpal Avi.
Lula mengembuskan napas, dia berdiri, stres mengadapi mereka semua. Mereka bertiga menggunakan mantel yang sama, bewarna putih dan sepatu boot hitam. Avi mengenakan kacamatanya. Lula akui, tiga lelaki yang berada di dekatnya saat ini terlihat seperti Pangeran kerajaan, seperti bangsawan. Sangat terlihat mempesona, berbanding balik dengan sifatnya.
Lula beralih menoleh ke arah Frea. “Kenapa kau membawa dua anak babi ini?” tanyanya, ketus dan melirik Kenn sinis.
“Anak babi? Mungkin kau anak babi, bukan anak dari Professor Rey dan istrinya. Aku dan Avi adalah anak muda terhormat di sini, kami lahir dari keluarga penerus dunia sihir,” jelas Kenn berlagak songong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live In The Story
Fantasy(Fantasi) "Ini buku dongeng, tentang Raja Naga. Ditulis oleh Reynad Alandra pada tahun 2004. Lula, lihat! Di sini ada kalimat, Raja Naga tampan yang berhasil membunuh Ratunya. Gila! Ayahmu adalah seorang penulis keren!" Lula benar-benar terjebak dal...