Bunyi nyaring dari lonceng bewarna cokelat kuno begitu mengganggu aktivitas seorang lelaki yang tengah sibuk dengan kegiatannya. Seorang perempuan berambut kuncir satu memainkan sihir dalam ruangan bernuansa putih, gelas-gelas kecil transparan nyaris memenuhi meja panjang di hadapan mereka.
Dua lelaki lainnya duduk di kursi putih masing-masing, bersebelahan dengan perempuan berbola mata biru. Lelaki berkacamata, tangan kanannya menggoyang-goyangkan satu gelas transparan berisi cairan bewarna kuning cerah.
Rahangnya bergerak menggeram ketika kembali mendengar bunyi nyaring dari lonceng kuno yang dimainkan oleh lelaki berambut hitam; bola mata cokelat menatap tajam lonceng di hadapannya.
Lelaki yang satunya hanya diam melamun, matanya terbuka-tertutup sendiri, mengantuk karena bosan di sini, ia adalah Frea Armada. Kedua tangannya menyilang di atas meja, memperhatikan dengan malas sosok Avi yang berkacamata.
Kenn menggerakkan lonceng kuno di tangannya, membuat bunyi nyaring terus terdengar ditelinga mereka. Ia duduk di sebelah Frea, satu tangannya memegang sisi kepala dan siku tangan menyentuh meja. Kenn juga bosan.
Lula memainkan sihir, kilatan cahaya bewarna biru terus ada di depan matanya. Ia membuat kilatan garis itu berbentuk wajah seseorang, wajah perempuan, wajah Kylie dan Ibunya. Lula memandangi sihir ajaib di depan mata, ia tersenyum kecut kala terus mengingat masalalu.
Avi bergerak memindahkan ramuan cairan ke gelas lain, ia menambahkan bubuk-bubuk putih ke dalam cairan itu. Mengaduk gunakan sendok kecil, setelah selesai, cairan itu cepat mengeluarkan cahaya kuning membuat silau.
Sihir Lula tiba-tiba hancur mengagetkan sang pemilik. Kenn menutup mata dan meletakkan lonceng di meja, ia mengumpat kepada Avi. Sedangkan Frea kembali menenggelamkan wajah.
“Apa yang kau lakukan, Avi?! Apa itu, mengapa—sialan! Ini silau sekali! Hentikan Avi, hentikan! Kau mau membunuhku, ha?!” erang Kenn, menutup mata dengan telapak tangannya.
“Astaga, apa ini,” celetuk Lula, ia juga memejamkan mata.
“Buka saja mata kalian, cahaya sinar kesilauan ini akan berakhir. Seperti inilah jika para Professor selesai menciptakan ramuan sihir yang sering digunakan untuk menyerang, membunuh; intinya memusnahkan,” jelas Avi.
Benar saja, kesilauan itu berlangsung selama lima belas detik. Kenn dan Lula membuka mata, tak ada lagi silaunya cahaya kuning yang terlalu terang. Frea mengangkat wajah, melihat ramuan sihir bewarna kuning yang baru saja Avi selesaikan.
Kenn dan Frea sudah mengetahui hal seperti ini, mereka sering melihat Avi bahkan Professor Geo dan Professor lainnya menyelesaikan ramuan. Tetapi, ramuan warna kuning tidak pernah mereka saksikan. Mereka hanya melihat cahaya kuning ketika sihir digunakan, proses yang telah selesai sempurna, tanpa menyaksikan kesilauan dari ramuan kuning ini.
“Ah, kau mengagetkanku. Mengapa kau tak katakan saja jika kau sedang membuat ramuan—tunggu! Untuk apa kau membuat ramuan gila ini, Avi?!” Kenn menyahut sarkas.
“Mungkin hanya menjadi percobaannya saja, Kenn. Atau pula, mungkin dijadikan penambah koleksi cairan ramuan sihir di ruang pribadinya. Semakin lama semakin tua umur ramuan sihir itu, maka sang pemilik akan semakin kaya,” jelas Frea. Ia berdiri mengamati ramuan kuning digelas kaca transparan.
“Di dunia sihir ini, orang terkaya adalah para Professor. Orang tertua dan terpandang adalah Pak Tetua beserta keluarga. Sedangkan orang lain, hanyalah bawahan biasa,” lanjut Frea.
“Kau benar, Frea. Ini hanyalah uji coba, karena aku sudah berkali-kali gagal membuatnya. Dan lihat sekarang, perjuangan menjadi kaya tidak sia-sia,” jawab Avi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live In The Story
Fantasia(Fantasi) "Ini buku dongeng, tentang Raja Naga. Ditulis oleh Reynad Alandra pada tahun 2004. Lula, lihat! Di sini ada kalimat, Raja Naga tampan yang berhasil membunuh Ratunya. Gila! Ayahmu adalah seorang penulis keren!" Lula benar-benar terjebak dal...