Dimana pun kau berada, kemana pun kau pergi. Tinggalkan lah jejak tentang dirimu. Agar mereka tahu, bahwa kau pernah berkunjung kemari.
•••
Hari-hari berlalu, musim terus berganti seiring berjalannya waktu. Tongkat sihir sudah dapat dikuasai, kendaraan bernama Mesard sudah bisa digunakan dengan baik. Interaksi di dunia ini berjalan lancar tanpa hambatan kecurigaan.
Seolah tak ada jalan keluar, menetap seperti perkataan penduduk ada benarnya pula. Perpustakaan hanya ada satu di dunia ini, perpustakaan besar dengan luas melebihi lapangan hijau. Bayangkan saja, betapa lelahnya untuk membaca bagian judul ditiap rak yang tinggi-tinggi, betapa lelahnya untuk berkeliling walau gunakan sihir.
Sekarang, gadis dengan jubah bertudung merah sedang duduk di pinggiran rumah pohon. Hari sudah sore, ia melihat kaki yang tak jauh dari daratan bawah, gadis ini menghela napas. Dia sendiri di sini, menenangkan diri. Beberapa hari yang lalu, ia mendapatkan rekomendasi dari temannya, Frea, untuk berkunjung kemari.
Hutan Tamra, hutan yang pernah disebutkan oleh anak kecil padanya beberapa hari lalu.
Ternyata, kehidupan di hutan ini jauh lebih indah dari pada di Kota. Dunia sihir menyimpan banyak tempat untuk berwisata. Menurut Lula, jika ia dapat menemukan buku mantra sihir itu, mungkin ketika pulang dirinya akan menjadi kaya, sebagai konglomerat di dunia aslinya dan di dunia sihir.
Betapa menakjubkannya jika dunia sihir dijadikan tempat berwisata. Tidak ada kata gratis, semua harus membayar mahal. Pikir Lula.
Di hutan Tamra, ada beberapa rumah pohon. Dilihat dari luar sangat tidak menarik perhatian, kecil dan berlumut ungu. Di dalamnya, luas, mewah, bahkan batang pohon besar itu menjadi tangga untuk menuju ruang bawah tanah.
Lula awalnya datang bersama Frea, lelaki itu memberitahukan semua hal di hutan ini, termasuk beberapa orang pedalaman yang tinggal dalam gua.
Lula merebahkan tubuhnya, membiarkan kedua kaki menggantung ke luar. Ia berada di rumah pohon yang kecil, yang sering ia temui di dunianya. Terbuat dari kayu, dan di tengah ruang sempit ini ada batang pohon menjulang tinggi, menembus atap. Lula memilih untuk diam di sini, mengingat rumah pohon yang ada di desa Grayaka.
“Andai saja, aku tidak mengikuti gerakan tangan dari buku S-H-R, mungkin aku tidak akan ada di dunia ini. Bertemu mereka semua, dan tidak merasakan nikmatnya hidup menggunakan sihir,” gumam Lula sembari memejamkan mata.
“Andai aku tidak menemukan buku sialan itu, mungkin hidupku tetap tenang bersama Ibu.”
“Andai aku tahu akan kemari, kubawa Kylie bersamaku.”
“Andai—oh, sialan. Terjebak di sini selalu membuatku berandai-andai.” Ia kembali membuka mata, melihat arah atas.
“Besok adalah hari yang kutunggu, seharusnya aku berada di rumah. Menikmati hidup tanpa beban, melihati Ibu membuat kue, dan menunggu kejutan dari sahabatku, Kylie.”
Lula menghela napas berat, ia kembali duduk. Menekuk kedua kakinya, dan memeluk lutut, menghadap depan. Betapa indahnya para hewan-hewan langka yang tidak pernah Lula lihat di dunianya. Burung-burung terbang mengepakkan sayap, mengeluarkan debu-debu bewarna cerah.
“Berapa usiamu dihari esok?” suara berat dan familiar itu membuat Lula menolehkan kepala ke luar.
“Kenn, dimana kau?!” tanya Lula, ia tidak menemukan si sumber suara, Kenn. Lelaki bernama pendek, berbeda dengan tubuhnya yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live In The Story
Fantasy(Fantasi) "Ini buku dongeng, tentang Raja Naga. Ditulis oleh Reynad Alandra pada tahun 2004. Lula, lihat! Di sini ada kalimat, Raja Naga tampan yang berhasil membunuh Ratunya. Gila! Ayahmu adalah seorang penulis keren!" Lula benar-benar terjebak dal...