10. Pengacau

16 4 0
                                    

Dia sama seperti lelaki sialan itu. Mereka berdua adalah dua lelaki gila yang pertama masuk ke dalam lingkaran hidup gadis dengan bola mata biru.

•••

Bentakan kasar lagi-lagi terdengar membuat Lula mengumpat geram. Lelaki yang berdiri depan meja putih panjang itu terus menggerutu saat Lula tak sengaja menjatuhkan cairan bewarna merah muda dalam wadah kemasan kaca.

Hingga pecah, serpihan kaca itu berserakan di lantai. Lula membenarkan perkataan William pada waktu itu, ia benar-benar ceroboh. Lihatlah sekarang, Lula hanya diam menjadi patung di ruangan pribadi lelaki berkacamata bulat.

Avi, sosok lelaki yang Lula tahu tidak menyukainya kala Lula yang terus berkata akan melenyapkan kehidupan mereka, dunia mereka. Namun, sudah berkali-kali Lula mengatakan dengan sungguh-sungguh dia hanya bercanda, dia tidak akan membuat dunia sihir musnah. Tapi, tidak ada yang percaya. Bahkan, Frea yang merupakan lelaki tenang itupun selalu mengalihkan topik pembicaraan jika Lula sudah berkata mengenai buku S-H-R miliknya.

Lula menahan emosi di hadapan Avi, bagimana juga ini adalah kesalahannya membuat lelaki itu harus menciptakan cairan yang telah ia jatuhkan. Rasa bersalah ada setipis kertas buku, sedangkan rasa kesal begitu tebal.

Mendengar suara serak terus mengoceh, wajah datar dan tatapan dari bola mata hitam pekat sangat tajam, meyakinkan Lula yang melihatnya, bahwa Avi menyimpan dendam pribadi padanya.

"Silakan kau keluar dari ruanganku," usir Avi, terdengar tegas juga menyeramkan.

Sedari tadi, Lula berdiri di hadapannya, di tengah-tengah mereka saling berhadapan, ada meja panjang bewarna putih yang di atasnya banyak sekali alat dan bahan pekerjaan Avi. Lula menatap Avi sejenak, setelahnya ia melemparkan satu roti yang sudah tersedia untuk dia makan bersama Avi, nanti setelah pekerjaan mereka selesai.

Tapi, tak jadi. Roti itu mengenai kepala Avi, Lula menatapnya geram, tidak mengeluarkan suara apapun. Setelah pulangnya Frea, Pak Tetua datang bertemu dengannya, berbicara kalau Lula harus mempelajari membuat ramuan bersama Avi, di ruangan pribadi Avi bekerja.

"Jangan kau membuang roti itu, kau benar-benar wanita tidak memiliki akal. Seumur hidupku di sini, baru pertama kali aku melihat seseorang melempar menggunakan makanan. Seharusnya, kau memang tidak pantas ada di sini, di ruanganku. Kau pantas berada di penjara bersama tikus-tikus kelaparan itu," ungkap Avi.

Lula melongo.

"Aku tidak sengaja menjatuhkan cairan bau bangkai yang kau buat. Oke, aku meminta maaf padamu." pasrah Lula, menghela napas berat.

Lelaki menggunakan jubah abu-abu bertudung di kepala itu, mendekati Lula. Sepatu bootnya terdengar menggema di ruangan tiap melangkah, aura horor membuat Lula menelan salivanya gugup. Walaupun takut, Lula tetap berdiri menantang sehingga sekarang Avi ada di depannya.

"Sejak kau datang di dunia ini juga di kehidupanku. Kau tahu? Aku seakan merasa dikelilingi arwah jahat, aku selalu sial dan terus mengeluarkan amarah," bisik Avi di telinga Lula, tubuh gadis itu menegang.

"Kau datang, berkata kalau kau akan melenyapkan kami semua jika kau kembali pulang. Kau pingsan dan menyusahkan sahabatku. Kau melawan, membentak kami dengan suara khas milikmu. Lalu, kau hadir di sini."

Lula terdiam.

"Kau menjatuhkan cairan yang sudah aku buat tadi pagi, apa kau tahu? Aku membuatnya demi dirimu, aku mengganti cairan ajaib yang telah dibuat Professor Geo. Dan kau menghancurkan usahaku dengan kecerobohanmu, kau buta, padahal sudah jelas ada banyak cairan bewarna di sini, semua penting dan terlihat terang."

Live In The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang