09. Dia Begitu Santai

14 3 0
                                    

Kuatkan hatimu. Maka, kau tidak akan merasa tersakiti dihari yang akan mendatang nanti.

•••

Ada yang sedang berusaha agar bisa melakukan segala hal, tidak pernah lelah. Sehingga, seseorang itu jatuh, fisik dan batinnya tersakiti. Kemudian, bangkit dan berdiri sekokoh mungkin. Tahu, bahwa semua orang juga termasuk anak kecil mengolok-olokkannya, bagaikan angin topan yang dia hantam tidak peduli akan mati. Karena, di depan sana ada masa depan, ada tujuan, dan ada harapan.

Berkali-kali tubuhnya melayang-layang di udara, tongkat sihir lepas dari pegangan tangan membuat tubuh itu jatuh menghantam tanah dihiasi rumput hijau. Tidak ada yang membantu, semua menoleh dan tertawa melihat perempuan yang usianya terbilang cukup dewasa oleh anak-anak bermain sihir di sini.

Bahkan, sosok lelaki yang diduga adalah pelatihnya, hanya diam duduk menyenderkan punggung belakang pada pohon rindang, penyebaran kanopi dan mahkota pohon dapat melindungi sosok itu dari sinar matahari.

Frea menggerakkan jari telunjuknya, dapat Lula lihat walau dari kejauhan karena dia juga disuguhkan kacamata transparan yang banyak fungsinya. Frea memerintah agar Lula cepat berdiri dan jangan lemah. Gerakan tangan Frea ke telinga, menyuruh Lula menutup kedua telinga menggunakan gumpalan kain berukuran biasa yang memiliki sihir, sehingga dapat membuat telinga seakan tidak mendengar apapun.

Tuli.

Lula sudah diberikan oleh Frea tadi, tapi tidak ia kenakan. Dia mengaku bahwa dirinya kuat dan tahan dengan tawaan semua orang di sini. Tapi, akuan darinya salah. Dia tidak tahan. Dan untungnya, kain tersebut ada dikedua saku mantelnya. Ya, dia tidak lagi memakai pakaian dari dunianya, penampilannya berubah. Dan Lula, segera menyumbatkan telinga menggunakan dua kain bewarna biru tua.

Di bawah pohon, Frea mengacungkan ibu jarinya. Lula tahu, Frea yang memang bersifat dewasa tidak bodoh dan tidak kekanakan seperti Kenn, ia sedang tersenyum. Lula berdiri, menarik napas panjang kemudian ia embuskan perlahan. Menenangkan pikiran dan hati yang sedari tadi dipenuhi api emosi.

“Lihat wanita itu, dia masih belajar perawalan dengan pikiran tenang. Dia kalah jauh, sepertinya dia baru saja keluar dari gua di hutan Tamra,” celetuk suara nyaring tak jauh dari Lula.

Tetap saja, gadis itu diam tidak mendengar sembari memejamkan mata. Pertamakali datang ke lapangan ini, Frea sudah memintanya agar tidak membalas suara anak-anak di sini. Frea begitu yakin, Lula yang tidak bisa menggunakan sihir, akan mati terbunuh oleh sihir anak-anak yang sedang bermain.

Diarahkan tongkat yang Lula pegang sendiri ke arah kakinya, seperti pertama kali dia melihat Kenn melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan sekarang ini. Perlahan tapi pasti, tubuhnya mengudara sehingga tidak dapat lagi menyentuh tanah. Lula tetap diam, dia kaku seperti patung yang disihir lalu diam diudara.

Dia bergerak, ingin bebas dan terbang layaknya elang gagah. Namun, karena tubuh yang tidak seimbang. Dirinya susah mengatur pergerakan, diam kaku tapi terus berdiri. Bergerak sedikit, akan tetapi tubuhnya sudah dapat terombang-ambing.

“Jangan panik, kalau kau panik dan terjatuh lagi. Percayalah, aku akan tertawa lebih kencang daripada anak kecil di sini!” teriak Frea dari bawah.

“Dia tuli, tidak akan bisa mendengarmu, bodoh,” desis Frea menggelengkan kepalanya. Lupa kalau Lula menggunakan kain kecil ajaib untuk menyumbat kedua telinga.

Kini, Frea kembali diam memandangi Lula. Gadis itu membuka mata kala ia masih mengudara, tersenyum dan mengimbangkan tubuh. Sedikit demi sedikit sudah bisa menggerakkan badan semaunya. Walaupun belum professional, Lula sungguh berlagak ia bisa terbang melayang mendekati Frea.

Live In The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang