SEPULUH🌙

33 10 13
                                    

Sejauh apapun lo menghindar dari seseorang. Jikalau takdir memutuskan untuk menyatukan, lo bisa apa?

~Quennia Aurealie.

~•Happy reading •~

"Bagus ya gaun nya," Quennia melihat- lihat aksesoris yang melekat di gaun yang sedang dipakai nya.

Quennia dan Arsen sudah selesai melaksanakan pernikahan yang bertemakan warna ungu pastel.

"Hmm," Arsen hanya berdehem lalu memperhatikan Quennia yang masih berdiri di depan kaca sejak selesai acara.

"Jalan jalan kuy, Sen," Quennia akhirnya duduk di sofa tepat didepan Arsen.

"Kemana?"

"Malam minggu'an gitu kemana,"

Arsen malah memainkan hp nya dan tidak memperhatikan Quennia yang sudah kesal dengan sikap nya itu.

"Ganti."

"Ha? Apanya?"

"Baju lo ganti," dengan mencharger handphone nya.

"Gak ah, nanti diambil mbak yang punya gaun itu."

"Gak bakal, udah gue beli."

Saat Quennia mendengar perkataan Arsen mata nya berbinar dan langsung memeluk Arsen.
"Aaaa, makasih Arsen,"

Arsen tidak membalas pelukan Quennia. Dia hanya mengusap sebentar kepala Nia.
"Udah. Jadikan jalan jalan?"

"Jadi dong. Tapi nih gaun beneran udah lo beli kan?" Quennia menatap Arsen dengan memicingkan mata nya.

"Hmm."

•••

"Beli seblak di sana, kuy Sen," ucap Quennia sambil menunjuk pedagang kaki lima yang berada di sekitar taman yang dekat dengan alun-alun kota.

"Hmm."

Tanpa ba-bi-bu Nia langsung menarik tangan Arsen yang sedari tadi bersifat cool. Dan Arsen hanya menurut.

"Pesen yang level mana?" tanya Arsen saat sudah duduk di kursi yang di sediakan oleh pedagang itu.

"Pesan yang level tinggi sama banyakin cabe nya."

"Gak ada, lo pesan yang level rendah."

"Lah, Sen tadi lo tanya yang level mana ya itu mau gue. Yang pedas."

"Level rendah atau tidak sama sekali."

"Level tinggi boleh gak si Mas nya?"

'Gue merinding sendiri nyebut kata kata paling belakang. Tapi gak papa lah ya demi seblak yang pedas gue bisa lakukan apapun'

Setelah menetralkan rasa merinding yang tiba-tiba datang dengan memejamkan mata nya sebentar Nia lantas membuka mata nya kembali.

"Lo tadi bilang apa?"

"Yang mana?"

"Ck, kata-kata paling belakang."

"Gak ada ya yang namanya siaran ulang di kamus gue," lalu Arsen pun beranjak untuk memesan makanan dan Nia melihat sekitarnya yang penuh oleh pasangan yang sedang menikmati malam minggu nya.

Dia teringat saat dulu diri nya sering malam minggu hanya rebahan sambil scrool sosmed nya. Dia kadang iri melihat pasangan yang jalan jalan saat malam minggu. Tapi lihat lah sekarang pertama malam minggu udah sama orang yang bisa di bilang muhrim nya.

Perjodohan 2 gadis monoton Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang