Part 16

11K 397 17
                                    

Sekarang jam masih menunjukkan pukul 07:30
Tapi kini Yogi beserta istrinya sudah datang ke rumah orang tua Febi, mereka ingin bertanya tentang penyakit itu, tentunya tanpa sepengetahuan Jogi, dan juga mereka datang tanpa memberi kabar kepada Fairus Pramudya terlebih dahulu.

Tok...

Tok...

Tok...

Tok...

Tok...

Mutia mengetuk pintu rumah Fairus Pramudya itu, namun sepertinya penghuninya masih belum mendengar ketukan pintu itu.

"Ck... Emang gak ada bell-nya apa? Rumah segede ini gak punya—" Keluhan Yogi terpotong oleh tatapan tajam sang istri, kedua netra Mutia menatap nyalang seperti menyuruh suaminya ini diam tidak usah banyak berkomentar.

Dari sini kita bisa liat, Yogi ternyata suami takut istri. Yogi pun diam dengan wajah kesalnya mereka sudah 15 menit mengetuk pintu tapi tak ada satupun yang menyahut, berkali-kali Yogi melihat jam tangannya. Ia harus kekantor sekarang!

Merasa kesal akhirnya Yogi meninggalkan sang istri yang masih tetap setia berdiri di depan pintu, saat Yogi berdiri di luar gerbang atensi tak sengaja melihat sebuah tombol.

"Anjir... Bell-nya di sini!" Kesalnya, dan langsung saja menekan tombol itu dengan bertubi-tubi. Dirinya sudah kesal... but it seems like dia juga tidak ada hak untuk kesal, mengingat ini masih agak pagi untuk bertamu bukan?

Akhirnya pintu terbuka, menampilkan Gravity di sana. Yogi langsung saja berjalan dengan cepat menuju istrinya yang berdiri di depan pintu.

"Eh, cari siapa ya?" Tanya Gravity ia seperti merasa familiar dengan kedua orang ini.

"Ehm... Itu, om Fairus ada?" Tanya Yogi, Sedangkan Mutia hanya tersenyum.

"Ada-ada, kalian siapa?" Tanya wanita ini.

"Ah, saya anaknya Toni Kusuma, Yogi Kusuma." Yogi memperkenalkan diri, Gravity pun akhirnya mengenali mereka dan sempat meminta maaf karena terlalu banyak bertanya, langsung saja wanita itu mengizinkan pasutri itu untuk masuk.

Gravity mempersilahkan Yogi dan Mutia duduk di sofa ruang tengah, mereka berdua jadi sorotan mata oleh keluarga ini.

"Eh, Yogi ada apa nak?" Tanya Fairus, sembari duduk di depan Mutia dan Yogi.

"Eh, bentar-bentar. Kalian mau minum apa?" Tanya Fairus kembali berdiri.

"Eh gak usah om. Kita ke sini cuma sebentar." Tolak Yogi.

"Loh, gak enak kalo gak minum." Bujuk Fairus.

Yogi benar-benar sudah mulai kehabisan waktu sekarang ini.
"Gak usah om, kita juga cuma sebentar ada yang mau di sampaikan saja" Tolak Mutia halus dan Fairus pun luluh.

"Yasudah kalo begitu, tapi jangan panggil saya oom. Saya papa kalian juga loh ya" Kekeh Fairus.
Yogi tertawa hambar, dia merasa sedikit canggung.

"Jadi ada apa kalian datang sepagi ini?" Tanya Fairus mulai serius, saat ini ketiga abang Febi sudah duduk di dekat pria paruh baya ini.

"Begini sebelumnya om, eh pa. Em.. Kemarin malam kak Febi pingsan." Ujar Yogi
Keluarga itu cukup terkejut, Rani yang sadari tadi tampak acuh, kini mulai khawatir. Ia mulai mendekat ke arah ruang tengah itu.

"Jadi kami membawa kak Febi ke rumah sakit malam itu, dokter bilang saat ini kondisinya sangat lemah. Maka dari itu kak Febi harus rawat inap di rumah sakit, saat dokter memeriksa kemarin malam. Dokternya bertanya kepada saya dan juga bang Jogi, kalo kak Febi pernah mengidap penyakit amnesia atau tidak? Kami belum bisa menjawab dengan pasti karena kami tidak tau. Jadi justru kehadiran saya di sini ingin bertanya dan saya harap keluarga sekalian menjawab pertanyaan saya dengan sejujur-jujurnya, apakah benar kak Febi mengidap penyakit amnesia?"
Ucap Yogi panjang.

Love in one NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang