Part 19

11K 332 41
                                    

Hai semuaa😊

Happy Reading📖

______________________________

Setelah menutup pintu ruangan itu dengan cool, Jogi tiba-tiba bersembunyi di tembok sebelah pintu. Dia menyentuh dadanya yang berdegup dengan cepat dan satu tangannya menyentuh bibirnya, ia tersenyum sangat senang mengingat kejadian tadi.

Mungkin jika orang lewat di depannya banyak orang akan mengira dia sudah gila, tapi nyatanya ia tidak gila hanya sedang di mabuk cinta saja hingga terlihat seperti orang gila, senyum Jogi semakin mengembang kala ia mengingat kembali ciuman tadi, ia tertawa kecil di sana, jika di perhatikan dengan seksama sepertinya benar adanya dirinya sudah mulai gila dan itu karena wanita 23 tahun itu.

Sangkin senangnya ia sampai lupa tujuannya, akhirnya ia menyudahi hal gila itu dan berjalan pergi untuk membeli makan malam. Kalo di ingat-ingat adik-adiknya pada kemana? Tidak ada satu pun yang menjenguk ke sini!? Memikirkan hal itu Jogi jadi kesal sendiri, mau bagaimana pun Febi'kan istrinya sekaligus kakak ipar mereka.

Di sisi lain, Rani melihat Jogi dengan terheran-heran. Pasalnya lelaki itu tersenyum sendiri, tertawa sendiri terlihat aneh. Tapi ia tak mempermasalahkan itu, niatnya ke sini ingin menjenguk putrinya dan meminta maaf atas semua perlakuannya.

Rani berjalan ke arah pintu dan sejenak melihat putrinya dari balik jendela kecil di pintu, Febi terlihat seperti errr... Mungkin bisa di bilang sama seperti Jogi barusan, tapi sedikit berbeda karena Febi tampak berguling ke kanan dan ke kiri sambil tersenyum plus tertawa sendiri. Rani jadi penasaran...

Ceklek...

Pintupun terbuka menampilkan tubuh Rani dengan tas kain berwarna ungu di tangannya, isi tas itu adalah makanan hasil masakannya tadi di rumah.

"Mama?" Guman Febi, ada rasa takut terlihat dari netra coklatnya itu.

Tapi Rani mencoba untuk tetap tenang dan mencoba tak melihat apa-apa. "Sudah baikan?" Tanyanya seusai masuk.

Febi hanya menganggukkan kepalanya pelan, raut wajahnya saat ini sedikit ketakutan dan juga cemas.
Mama ngapain ke sini ya?  bukannya mama tidak menyukai ku? Pikir Febi heran

"Mama ke sini mau ngasih kamu makan, pasti suamimu itu belum memberi makan jadi mama ke sini" Jawabnya seolah-olah tau pikiran anaknya, padahal hanya kebetulan saja.

Febi hanya diam tak bergeming, ia hanya memperhatikan Rani yang sedang mengeluarkan kotak-kotak makanan dari tas itu lalu membuka kotak-kotak makan itu dari tutupnya, dan mata Febi bersinar-bersinar ketika melihat isinya.

Mamanya itu memasak menu kesukaannya! Seperti, Kangkung tumis, udang tepung saus pedas manis, nasi merah, dan kerupuk udang kesukaan Febi.

Febi sampai susah menelan air liurnya, perutnya semakin keroncongan. Rani tersenyum melihat putrinya ini masih sama seperti waktu kecil, ketika melihat semua makanan ini pasti langsung ngiler.

Rani duduk di kursi tepat di sebelah bangkar Febi, ia mengambil piring plastik yang ia bawa, dan menaruh nasi dan lauk di sana, lalu ia menyodorkan sesendok lauk dan nasi ke ke arah Febi.

Febi terdiam, ia melirik sendok perak itu lalu beralih ke Rani. Febi membuka mulutnya dan menerima suapan sang mama, lalu setitik cairan bening jatuh di kedua pipi putih itu.

Febi mengunyah makanan itu dengan susah payah, akibat menangis. Ia memeluk mamanya dia benar-benar tidak bisa hidup tanpa seorang ibu, baginya Rani lebih berharga dari siapapun mengingat semua perjuangan Rani terhadap dirinya tapi dia malah mengecewakan ibu kandungannya ini.

Love in one NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang