Part 20

10.5K 329 6
                                    

Hai semuaaaa
o(〃^▽^〃)o
Aku up nih... Maaf ya agak lama  (◞‸◟ㆀ)

Tanpa basa-basi lagi... Cuss baca gaes ヾ(^-^)ノ

______________________________

"Aduh..." Rintih Jogi ketika sudah kembali duduk tegak di kursi, sambil merenggangkan otot-ototnya.

Febi melihat suaminya yang  sedang merenggangkan otot akibat pegal-pegal di sekujur tubuhnya pun merasa kasihan, saat ini di ruangan ini tinggal mereka berdua saja, sahabatnya dan managernya sudah pulang dari tadi, sedangkan mamanya baru saja pulang, di jemput oleh papanya.

Jogi memijit pelan tengkuknya yang terasa nyeri. "Sini biar di bantu" Tawar Febi tapi Jogi menolak dan menyuruh Febi untuk tidur.

Yasudah Febi pun tak ambil pusing, ia lekas berbaring membelakangi sang suami dan menutup matanya. Sedangkan Jogi ia sedang memeriksa tas ransel tempat laptopnya bersemayam, mencari ‘Koyo’ di sana. Setelah ketemu, ia membuka bajunya lalu memasang ‘Koyo’  itu ke pundaknya ya--- agak sedikit kesusahan sih.

‘Koyo’ pertama dan ke dua berhasil merekat sempurna di pundak kanan dan kiri, lalu saat hendak memasang ‘Koyo’ di punggungnya Jogi sedikit kesusahan sudah berusaha se-maksimal mungkin, tapi tetap saja tangannya tak sampai ke tempat yang ia inginkan.

Jogi melihat istrinya yang terbaring memunggunginya. "Sudah tidur belum ya?" Guman Jogi bertanya-tanya.

Ia pun berjalan ke arah sang istri menghadap. Jogi melihat wajah Febi saat sedang tidur terlihat sangat menggemaskan baginya.

Ia sebenarnya hendak meminta tolong, tapi ketika melihat Febi yang sudah menutup matanya, suami Febi itu pun menjadi tak tega juga. Jogi menyelipkan surai rambut sang istri ke belakang telinganya.

"Hmm?  Kenapa?" Tanya Febi tiba-tiba, sambil membuka matanya.

"Eh? Belum tidur?"

Febi pun terduduk sambil mengusap satu matanya "Belum.. Tadi sebenarnya mau tidur sihhh tapi mas ngeganggu" Ucapnya cemberut.

Jogi mengacak rambut Febi gemas. "Bisa bantu mas gak?"

"Gak bisa!" Tolak Febi mentah-mentah dan langsung kembali merebahkan diri, membelakangi suaminya.

"Jangan gitu dong" Rengek Jogi seraya mengusap lengan Febi dengan lembut.

Febi merubah posisinya menghadap Jogi kembali.
"Tadi udah di tawarin, situ aja yang sok-sokkan!"

Jogi bukannya meminta maaf, ia malah tersenyum sambil cengengesan membuat Febi semakin kesal saja!

Melihat raut wajah istrinya yang kesal seperti itu membuat Jogi memasang wajah memelas seperti anak kucing yang meminta makan kepada tuannya, bedanya Jogi adalah seorang manusia saat ini... Tapi entahlah mungkin dia bisa menjadi kucing akibat sumpah serapah istrinya di dalam hati.

"Ck! Sini deh!" Ucap Febi judes, ia lebih memilih mengalah dan memasang stiker panas itu ke punggung suaminya.

Jogi tersenyum lalu menyerahkan 3 lembar ‘Koyo’ kepada Febi, kemudian ia memunggungi istrinya yang tengah duduk bersila di atas ranjang rumah sakit itu.

Plaakkk...

Itu bukan sebuah tamparan di pipi tapi itu adalah sebuah pertemuan antara telapak tangan Febi dan punggung Jogi, ia menempelkan ‘Koyo’ itu dengan keras, membuat sang empunya punggung meringis kesakitan. Sudahlah pegal, malah di pukul seperti itu.

Plaakk...

Plaakk...

Dan pekerjaan Febi pun selesai, ia menyapukan kedua telapak tangannya dan memandang puas hasil karya-karyanya di punggung suaminya, dimana di sana terdapat tanda telapak tangannya yang berwarna merah, bersamaan dengan ‘koyo’ di punggung itu.

Love in one NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang