TSW-17

954 94 10
                                    

Sean disini.

Di depannya.

Di depan dirinya yang menatap kecewa dan hancur.

Mata itu.

Mata indah itu nampak berair, dan bisa dipastikan liquid bening itu akan tumpah kapan saja.

“Krystal...”

Sean terlihat terus memperhatikan Krystal yang sedari tadi hanya diam membisu. Pandangan gadis itu begitu sulit diartikan dan itu terkesan kosong.

“Aku minta maaf.”

Sean berucap seraya mendekatinya.

“Jangan mendekat!” ucap Krystal dan air mata itu entah sejak kapan sudah jatuh begitu saja dipelupuk matanya.

“Krystal, aku bisa jelaskan! Semua kejadian itu di luar kemauanku.”

Sean mencoba meyakinkan.

“Tidak ada yang perlu dijelaskan SEAN. Aku benci padamu! Kau pergilah. Dan jangan pernah menunjukan wajahmu di hadapanku lagi!” ungkap Krystal marah.

“Krystal.”

“PERGI KUBILANG!!”

Pria itupun memilih pergi. Sean mengusap wajahnya frustasi. Dan dia berbalik sekali lagi menatap sosok gadis yang tengah menangis seraya menunduk.

Tamara yang baru datang menghampiri ke kamar heran melihat menantunya dengan keadaan menangis tersedu-sedu.

“Sayang, ada apa? Kenapa kau menangis?”

“Tidak ibu, aku tidak apa-apa. Bu, aku istirahat dulu ya. Aku merasa lelah.” jawab Krystal dan segera membaringkan tubuhnya senyaman mungkin. Tamara hanya bisa mengangguk lalu menghampiri putranya di ruangan bawah yang terlihat kalut.

°°°

“Jadi kau melakukan itu padanya?” tanya Tamara tak menyangka, setelah mendengar semua penjelasan Sean.

Sean diam namun tetap menatap sosok wanita yang tidak muda lagi di hadapannya dengan rasa bersalah.

“Ya tuhan, Sean! Ibu tak tau harus bagaimana lagi padamu? Kenapa kau begitu tega pada gadis malang itu. Apa kau tidak memikirkan masa depannya? Kau sudah menghancurkannya.”

Suara Tamara terdengar tegas dan amat marah.

“Kau tidak boleh menceraikannya!”

Tamara menatap putranya dengan wajah serius. Orang tua mana yang tidak akan bersedih mendengar nasib malang yang menimpa putrinya, tidak terkecuali dengan Tamara, walau hanya seorang ibu mertua.

“Tapi Ibu..”

“Dengarkan Ibu baik-baik Sean. Meskipun dia hanya istri keduamu, walaupun kau tidak mencintainya. Tapi kau harus tetap bertanggung jawab atas masalah yang sudah kau buat. Sekarang pergilah, biarkan Krystal sendiri.”

Mungkin kali ini benar mengenai ucapan ibu maupun teman-temannya agar Sean mau bertanggung jawab. Tapi bagaimana dengan Irene? Dia sudah berjanji akan meninggalkan Krystal sesuai perjanjian.

The Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang