TSW-02

6.5K 502 43
                                    

Untuk kesekian kalinya tangan Krystal terulur mengelus dadanya ketika rasa sakit menyerang ulu hatinya dan semakin menjalar kejantung. Rasanya sakit, dan perih ketika mengingat sudah dua minggu dia menjadi istri kedua dari pria bernama Sean Marvell, dan selama itu pula Krystal dan dia tidak saling bertemu sapa.

Sean memang sudah menjelaskan mengenai status Krystal yang hanya akan menjadi istri mudanya sementara saja yaitu selama 6 bulan. Mengingat Sean dan Irene sudah sepakat dalam waktu 6 bulan Krystal harus segera di ceraikan, jika tidak maka Irene lah yang akan menggugat cerai Sean. Dan tentu saja Sean tidak mau itu terjadi.

Krystal hanya bisa menelan ludah dan meremas dada ketika keputusan itu sudah telak, dan dia pun pasrah menerimanya. Inilah nasib istri muda yang terbuang ketika status pernikahan hanyalah sebuah kesalahan. Apalagi tanpa ikatan cinta.

Bila dalam dunia drama status istri muda akan jauh lebih tinggi derajatnya, maka dalam pernikahan nyata Krystal dialah istri muda yang harus siap di tendang ke dasar jurang.

Memang benar itu hanya ada dalam dunia drama dan berbeda dengan dunia Krystal tapi setidaknya bisakah sedikit saja Sean memberikan perhatiannya, entah itu dari pesan singkat atau telepon. Ah, bermimpilah karena Sean tidak akan mungkin melakukannya.

Krystal tinggal bersama Tamara, ibu Sean. Sementara Sean sudah pasti tinggal bersama Irene, istri tercintanya. Iri? Mungkin iya. Bukankah rasa iri itu hal yang wajar, mengingat Krystal juga istrinya tapi perlakuannya yang membedakan.

Tamara juga pernah bercerita mengenai mereka yang bisa bertemu dan menikah. Irene bertemu dengan Sean di acara yang di adakan oleh teman Sean, dari situlah awal mereka mengenal hingga pada akhirnya memutuskan untuk menikah beberapa bulan yang lalu.

Krystal memang belum pernah bertemu secara langsung dengan Irene, lagi pula bila Krystal bertemu dengannya mau di taruh di mana mukanya yang sangat jauh dari kata cantik Itu. Dia hanya mendengar semua itu dari Tamara dan dari beberapa foto yang dia temui di rumah itu, rumah yang Tamara tempati dan dirinya saat ini.

“Apa kau libur hari ini?” Krystal menengok kearah Tamara yang membawa secangkir teh kemudian ikut duduk bersamanya.

Tamara, merupakan sosok seorang ibu yang baik, ramah, dan sangat murah senyum. Dia juga cantik meski di usia yang sudah tidak muda lagi. Dia sama sekali tidak membenci Krystal ketika semua orang menghujat bahkan menghakiminya sebagai perusak rumah tangga orang. Hanya Tamara lah satu-satunya orang dikeluarga itu yang memeluk dan mengelus kepala Krystal ketika dia tertunduk dan menangis sendirian.

“Kau melamun lagi ya?” Bukannya menjawab, Tamara justru membuat pertanyaan baru lagi.

Krystal menggeleng dengan senyuman yang terkesan di paksa. Dan Tamara tahu itu.

“Jangan bohong. Ibu tau apa yang kau pikirkan. Dari pada kau terus melamun pergilah bersenang-senang di luar. Itu akan membuat pikiranmu lebih tenang,” Tamara memang selalu memahami apa yang Krystal rasakan.

“Pergilah ke pusat perbelanjaan atau kemana saja yang bisa membuat masa mudamu kembali berwarna, jangan pikirkan mengenai statusmu. Mengerti?”

Ibu mertuanya benar. Untuk apa memikirkan status yang menjadi istri kedua di usia 18 tahun. Masa depan Krystal masih panjang, lagi pula mengenai status tidak ada orang luar yang tahu selain keluarga inti.

“Baiklah.“

°°°

Di sini semua yang Krystal inginkan terpenuhi, mulai dari materi hingga supir yang siap mengantarnya kemanapun. Sean memang bukan type pria brengsek yang lepas tanggung jawab begitu saja, dia memenuhi semua kebutuhan Krystal meski dia sama sekali tidak pernah mengunjunginya.

The Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang