Dentuman musik mengalun keras di salah satu Bar, tempat ini selalu ramai dengan gadis dan para pria yang saling meliukkan tubuh mereka di bawah lampu disko, sang DJ pun dengan lihai memainkan musik untuk memeriahkan malam ini.
Seorang pria berkulit putih pucat sedang menikmati minumanan bersama temannya. Pria itu sepertinya sudah tampak mabuk berat terlihat jelas dengan penampilannya yang kacau berantakan. Dia berpikir hanya tempat inilah yang cocok dia datangi, setidaknya untuk malam ini.
Rumah Tamara dan rumah yang dia tempati bersama Irene terasa tidak nyaman lagi baginya. Rumah itu seperti neraka sekarang. Tentunya karena ada kedua istrinya yang menempati masing-masing rumah itu.
Sean terus menegak minumannya dan entah sudah gelas ke berapa yang dia habiskan. Sebenarnya Sean sudah lama menghindari yang namanya minuman dan mabuk tapi kali ini dia membutuhkannya. Karena menurutnya hanya cara inilah yang membuatnya bisa tenang dan menghilangkan semua masalah yang dia hadapi.
Sekelabat pikiran dan pesan ibunya mulai berputar kembali di otaknya seperti kaset rusak.
"Sean, bisakah kau bersikap sedikit lembut pada Krystal?"
"Apa maksut ibu?"
"Tolong jangan menyakitinya lagi anakku. Sudah cukup rasa sakit yang dia terima, ini juga bukan kesalahannya."
Memang benar ini bukan salah Krystal seutuhnya, aku juga tidak bermaksut menyalahkan atau menyakiti Krystal. Aku hanya takut. Takut, jika aku bersikap baik gadis itu akan berbalik menyukaiku dan itu bisa membuatnya semakin terluka. Dengan meninggalkan kesan buruk selama pernikahan itu mempermudahnya cepat melupakan jika kelak kami benar-benar berpisah.
"Sejak kecil Krystal sudah kehilangan kasih sayang ibunya, dia mengalami trauma berat akibat dari kecelakaan itu." Tamara menjeda sesaat, "Jika kau tidak bisa melakukannya demi ibu, setidaknya lakukanlah demi Tuan Williams, bagaimanapun dia adalah mertuamu sekarang. Dia akan sangat kecewa jika tahu kau memperlakukan putrinya tidak baik."
Ibu benar. Bagaimana jika Alexander Williams tahu ini, lalu dia marah dan menyuruhku segera menceraikan Krystal sebelum waktunya. Atau lebih buruknya lagi dia akan berhenti menjadi investorku. Tidak. Ini tidak boleh di biarkan. Ayah Krystal adalah investor terbesarku. Xavier Holdings dalam bahaya jika itu terjadi.
"Aku akan mencobanya ibu. Tapi jangan berharap banyak, apalagi memaksaku untuk bisa mencintainya."
Tamara mengangguk. Dia paham jika Cinta Sean memang hanya untuk Irene. Dia tidak akan memaksa putranya untuk mencintai Krystal, meski harapan terbesarnya adalah itu. Tapi siapa tahu dengan adanya suatu kedekatan bunga-bunga cinta akan bersemi di antara mereka dan kata perpisahan tidak akan terjadi.
"Jika bisa bersikaplah adil padanya. Kau boleh nengunjunginya jika kau sempat, atau sesekali menginap."
"Hei, Sean! Kau mendengarku?"
Sean mengangkat kepala dan mengerjabkan matanya yang terasa berat, dia menoleh pada sosok pria yang duduk di sampingnya sejak tadi.
"Brian"
"Ada apa?"
"Apa aku begitu jahat padanya?"
"Pada siapa?"
"Aku tidak bermaksut menyakitinya, sungguh. Tapi saat aku melihat wajah polosnya entah mengapa sikapku jadi berubah buruk. Aku sudah membuatnya terluka dan menangis karena sikapku. Aku harus bagaimana?"
"Apa ini tentang Krystal?"
Sean tidak menjawab. Karena Brian sudah bisa menebak sendiri tanpa dia mengatakan apapun, Brian memang sudah tahu semua permasalahan yang sahabatnya itu alami.
![](https://img.wattpad.com/cover/100709168-288-k407807.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Wife
RomanceMurahan, jalang, wanita penggoda, hingga perebut suami orang, adalah gelar yang telah Krystal terima. Pandangan mencemoh dan menghujat dirinya yang dinilai hina, tapi satu hal yang tidak bisa dirubah : Isabella Krystal Lynelle sudah menjadi istri ke...