TSW-12

4.9K 436 85
                                    

God never give you a problem which bigger than your ability.

💀💀💀

Gadis bermata coklat itu berusaha mengenyahkan bayang-bayang adegan tadi. Adegan yang sebenarnya tidak boleh terjadi.

Krystal mengeluarkan ponselnya dan memandang pantulan wajahnya di layar gelap ponsel. Gadis itu lalu menarik sudut bibirnya membentuk senyuman dan di lakukannya berkali-kali yang malah membuat senyuman itu menjadi kaku karena dibuat-buat.

Krystal kembali menyentuh bibirnya untuk kesekian kalinya, bibir yang sudah tidak suci lagi karena perbuatan nakal Marvin.

Marvin Caldwell.

Pria itu bahkan bukan siapa-siapa Krystal, dia hanya seorang sahabat yang kebetulan begitu peduli padanya namun kenapa sekarang jadi begini. Marvin berani menciumnya tanpa status jelas di antara mereka.

Apa yang harus Krystal lakukan jika bertemu Marvin nanti, mau taruh di mana wajah cantiknya itu. Krystal sangat malu.

Apalagi Krystal masih menggantungkan pernyataan cinta pria itu, pria yang sudah menyatakan perasaannya dan menginginkan dirinya menjadi kekasihnya.

Ini konyol.

Krystal belum siap. Meski setengah hatinya menyimpan rasa suka terhadap pria manis itu namun Krystal belum berani menyimpulkan apakah rasa sukanya hanya sebatas rasa nyaman dengan segala bentuk perhatiannya atau sebaliknya, rasa suka karena Krystal memang menyukainya.

Yang jelas untuk sekarang Krystal belum bisa memberi jawaban apapun. Terlebih Marvin belum tahu siapa Krystal sebenarnya, jika pria itu tahu Krystal amat sangat yakin dia akan langsung menjauh sejauh mungkin dan melupakan perasaannya.

Hah. Krystal bingung.

Bagaimana dia harus bersikap sekarang, Marvin pasti akan terus mengejarnya meminta kepastian. Jika menolak, Krystal merasa tidak tega menyakiti pria sebaik dirinya. Namun jika dia menjawab ‘ya’ bagaimana dengan Sean suami gilanya itu pasti akan langsung membunuhnya jika tahu.

Membayangkan hal itu membuat bulu kuduk Krystal tiba-tiba meremang seakan bayangan maut tengah mendekat kearahnya.

Brakk.

Krystal membulatkan bola matanya setelah mendengar suara pintu yang di buka secara paksa. Dia pun membalikkan tubuhnya, dan benar dia melihat sang pencabut nyawa berdiri di depan pintu lalu menghampirinya dengan wajah kesetanan.

“Apa begini perbuatanmu di luaran sana? WOW! Ku pikir kau wanita baik-baik ternyata… cih! Kau menjijikan!”

Sean meludah. Krystal yang masih belum bisa mencerna ucapan Sean hanya bisa menautkan kedua alisnya.

Baru saja dia memikirkan pria kejam itu, eh… kanapa malah dia datang sungguhan. Ini gila!

“Kau bicara apa sih?”

Sean melempar ponselnya ke arah Krystal. Matanya menyorot tajam, membuat Krystal menelan ludah dengan susah payah seakan sesuatu yang buruk akan menimpanya.

“Lihat itu.”

Krystal mengambil ponsel Sean, matanya hampir loncat setelah melihat sesuatu yang menjadi sumber kemarahan Sean.

The Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang