TSW-14

6.3K 473 107
                                        

“Sean, apa yang terjadi?”

Brian bertanya, nafasnya memburu dan terdengar khawatir. Dia berjalan cepat mendekati Sean yang duduk di depan ruangan rawat inap, di susul keempat sahabat lainnya Austin, Devan, Edward dan Nathan.

Sean memutar tubuhnya dan menatap Nathan penuh amarah. “Brengsek!” Sean mendaratkan satu pukulan keras di wajah tampan itu.

Malang sekali.

Pria itu langsung terdorong kuat. Dia terkejut namun sebisa mungkin bertahan, dia sudah menduga sejak awal hal seperti ini pasti akan menimpanya.

“Sean tenanglah, ini bukan hanya kesalahan Nathan saja. Tapi juga kami.”

Sean langsung melotot pada pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

“Ya, ini memang salah kalian semua. Argh!”

Sean meninju tembok sebagai pelampiasan. Dia kalut juga bingung dengan masalah baru yang dia timbulkan.

“Kami pikir kau akan bersenang-senang dengan wanita jalang di luar sana. Maafkan kami Sean, sungguh kami juga tidak menginginkan hal seperti ini terjadi.” Brian memberi penjelasan.

“Iya Sean. Kami hanya bercanda dan berusaha menghiburmu.” imbuh Austin.

“Tapi candaan kalian sama sekali tidak lucu! Lihat sekarang, karena ulah kalian aku sudah melakukan kesalahan besar.” rahang Sean mengeras menahan amarah.

“Mungkin ini bagian dari takdir Tuhan Sean, agar kau tidak berpisah dengan Krystal.” Nasehat Brian membuat kepala Sean semakin sakit karena tekanan.

“Benar, bagaimanapun kau harus bertanggung jawab.” ucap Nathan.

Sean hanya diam tidak menanggapi, dia melirik ke arah ruangan disana ada Krystal yang terbaring lemah dengan selang infus.

Austin, Brian, Devan, Edward dan Nathan ikut menatap Krystal. Malang sekali gadis itu, dia harus menjadi korban karena ulah iseng mereka. Dan sekarang mereka menyesal.

°°°

Krystal membuka matanya perlahan. Airmatanya sudah menetes, entah sejak kapan yang jelas mengalir begitu saja tanpa bisa dia tahan.

Sebenarnya Krystal sudah sadar sejak tadi, namun dia berpura-pura menutup matanya setelah mendengar perdebatan antara Sean dan teman-temannya, dan salah satu suara temannya yang dia kenal adalah Brian. Orang kepercayaan Sean, sekaligus saudara Irene.

Dia marah, dia kesal, dia benci juga sedih… jadi semua musibah yang menimpanya adalah ulah teman-teman Sean. Sialan.

Dengan pelan Krystal bangkit dari tempat tidur. Dia melepas selang infus dengan paksa dari tangannya, dia bahkan tidak perduli jika darah sudah mengalir. Lalu berjalan tertatih menuju kamar mandi.

Nafas Krystal memburu, urat syarafnya menegang, dia marah. Ya marah mengingat kejadian laknat yang menyakitkan itu. Dia benci pada pria Iblis yang telah menghancurkan hidupnya.

Iblis itu telah melenyapkan harga dirinya sebagai seorang wanita dengan cara merenggut paksa kesucianya. Bahkan tidak puas hanya sekali, dia melakukannya berulang-ulang tanpa Krystal mampu berdaya.

The Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang