TSW-04

6.1K 485 72
                                    

Semburat jingga di ufuk barat menyapa lewat semilir angin dan menggerakkan rambut indah dari gadis cantik yang seolah mengerti tentang hadirnya dia dipinggiran pantai itu.

Sudah lebih dari empat jam dia duduk termangu sendiri, tanpa menangkap sosok yang menjanjikan dirinya untuk bertemu dengannya di tempat itu.

Ah.. Mungkin dia memang tidak akan datang.

Sembari menendang pasir yang berserakan di bawah kakinya dia membatin. Memang benar, janji ada untuk di ingkari. Seperti halnya peraturan yang dibuat untuk di langgar. Bukankah pelanggaran itu seru bagi pelakunya? Begitu pun dengan janji, mungkin terasa seru bagi yang mengingkarinya.

"Hei,"

Terdengar sapa seseorang yang kini berdiri di depannya membuat Krystal membuyarkan perbincangannya dengan pikirannya sendiri.

Krystal tidak menjawab, hanya menatap cuek sosok asing di hadapannya itu.

"Sedang menunggu, ya?" Pertanyaannya membuat Krystal mengernyitkan dahi.

"Bagaimana kau tahu?"

Akhirnya Krystal bersuara karena merasa penasaran dengan sosok itu yang tau tentang keberadaanya di pantai itu untuk apa.

"Aku memperhatikanmu sejak dua jam yang lalu. Kau terlihat gelisah seperti menunggu seseorang? Apa tebakanku benar?" Penjelasannya seperti orang yang sok tau saja, tapi memang benar seperti itu adanya.

Krystal hanya membalasnya dengan anggukan kecil, kemudian melanjutkan menatap senja yang nyaris lenyap di gantikan oleh pekatnya langit malam, berhiaskan pelangi buatan di pantai itu.

"Masih ingin menunggu sampai kapan?"

"Sampai aku lelah."

Krystal sedikit kesal dengan tingkah orang asing itu yang sok akrab dan membuatnya terlihat semakin menyedihkan dengan penantiannya, dia pun bergegas pergi meninggalkannya menuju kedai terdekat di tempat itu.

"Sudah lelah, Nona?" ternyata pria itu masih saja mengikutinya.

"Apa kau menguntitku?"

"Tidak. Aku juga ingin membeli kopi."

Tanpa berniat menjawab pertanyaannya, Krystal pun memesan segelas Susu hangat lalu mengambil ponselnya dari dalam tas, mencari nama Sean di kontak ponselnya.

Dia menekan tombol hijau yang berada di touchscreen ponselnya, kemudian meletakkan ponsel itu di telinga.

Tidak aktif.

Krystal membuang nafas kesal. Sebenarnya apa sih mau suaminya itu? Jelas-jelas dia yang minta ingin bertemu dan Krystal tidak boleh telat. Lalu sekarang apa? Dia tidak datang. Apa dia berniat mempermainkan Krystal. Hah, sulit di percaya.

"Tidak bisa di hubungi, ya? Pria seperti apa yang sedang kau tunggu itu? Tega sekali dia membiarkan gadis cantik sepertimu lama menunggu."

Bagaimana dia bisa tau kalau yang Krystal tunggu adalah seorang pria. Apa dia punya indra ketujuh?

"Bukan urusanmu!" ucap Krystal dengan nada kesal.

"Sebenarnya.. aku juga sedang menunggu. Bukan hanya hari ini saja, aku sudah menunggunya sejak kemarin dan kemarinnya lagi. Bahkan sudah 10 tahun yang lalu."

Krystal mulai meredakan amarahnya, karena tertarik dengan cerita singkat pria asing itu.

"Menunggunya setiap hari?"

Pria itu mengangguk dengan senyum yang terlihat miris. Namun dia senang karena Krystal mulai merespon pembicaraannya.

"Lalu, apa kau tidak mencoba menghubunginya?"

The Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang