Hari ini kami pergi ke gereja bersama, tak hanya aku dan Kak Jeffrey sebenarnya, nanti akan ada orang tua ku juga. Tentu aku dan Kak Jeffrey dalam satu mobil, tak hening, Kak Jeffrey banyak bercerita tentang banyak hal, seperti teman-temannya yang jail setelah dia menikah.
"Ten tuh paling heboh, mau aku tarik ususnya pas nanya-nanya perihal malem pertama. Padahal kita ga ngapa-ngapain," ujar Kak Jeffrey mengadu. Aku hanya tertawa menanggapinya.
"Terus Teo juga nanya yang engga-engga. Kesel tau, cuma Daffa yang normalan dikit otaknya."
"Temen kamu tuh, sama deh kaya kamu nya," jawabku, lalu Kak Jeffrey hanya merengut sebagai jawaban bahwa ia tak setuju.
Setelah hampir limabelas menit di dalam mobil, akhirnya kami sampai di gereja yang di tuju. Mama dan Papa sudah berada di dalam tenyata, lantas segera kami pun masuk.
Entah mengapa saat memijakkan kaki ke dalam gereja, raut wajah Kak Jeffrey yang tak lepas dari senyuman lebar itu memudar, hanya ada wajah datar, dan saat tiba disamping Mama dan Papa wajah Kak Jeffrey memerah. Bahkan sapaan Papa hanya dibalas senyum tipis oleh Kak Jeffrey.
Lalu setelah itu Kak Jeffrey menunduk seperti orang ketakutan. "Kak? Kenapa?" tanyaku akhirnya.
Kak Jeffrey menggeleng, "gapapa," jawabnya singkat, sambil tersenyum tipis ke arahku.
Bahkan dari awal masuk sampai kami ingin keluar, raut wajah Kak Jeffrey sangat tak bersahabat. Hingga saat berada di pintu luar aku mendengar helaan hafas lega dari mulut Kak Jeffrey sambil memegang dadanya.
"By, aku ke toilet dulu ya, kamu ke mobil aja langsung," ujar Kak Jeffrey, setelah pamit ke Mama dan Papa tentunya.
"Iya Kak."
Hampir lebih dari duapuluh menit aku menunggu Kak Jeffrey di dalam mobil, tapi ia tak kunjung keluar, bahkan Mama dan Papa juga sudah pulang, karena terlalu lama menunggu akhirnya aku memutusakan untuk menyusulnya.
Tapi belum sampai ke toilet laki-laki aku malah melihat Kak Jeffrey di halaman samping gereja. "Kak Jeff kok malah di taman?" gumamku heran.
"Kak Jeff!" Kak Jeffrey tampaknya tak mendengar panggilan ini. Lantas aku langsung berjalan ke arahnya.
"By, ngapain?"
Langkahku terhenti mendengar suara Kak Jeffrey di arah yang berbeda, membalik badan, aku tersentak.
"Kak?"
"Ngapain? Kan aku bilang tunggu aja di mobil," ujar Kak Jeffrey.
"Tadi aku—"
"Toilet agak rame loh By jadinya lama."
"Ah, iya..."
"Yaudah yuk pulang." Aku mengangguk, lalu berjalan beriringan dengan Kak Jeffrey. Padahal jelas tadi aku melihat Kak Jeffrey di sana, tapi— apa mungkin aku salah lihat?
Saat sudah duduk di dalam mobil, dengan ragu aku mengambil tangan kiri nya yang dingin. Kak Jeffrey tampak agak terkejut, tapi segera, sebuah senyuman mengembang di wajahnya. "Kamu kenapa?" tanya Kak Jeffrey, lalu tangan kanan nya mulai mengelus pelan rambutku.
Aku menggeleng sebagai jawaban, lalu mengelus pelan punggung tangan itu. "Tadi kayanya aku salah liat deh, aku liat kamu tadi di taman."
"Aku? Bukan lah By, kamu ada-ada aja," ujarnya lembut.
***
"Kak mau aku buatin kopi?"Kak Jeffrey mengalihkan pandangannya dari ponsel, menatapku. "Ga usah By, aku juga harus pergi dulu ini. Ada urusan, kamu gapapa kan di rumah sendiri dulu?" tanya Kak Jeffrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE
Mystery / Thriller❝mati atau sengsara.❞ Sungguh, jikalau dapat mengulang waktu, Allea tidak ingin mengambil resiko besar dalam hidupnya. Tepatnya saat ia dibutakan oleh tawaran mematikan karena rasa cinta berlebihan kepada kakak tingkatnya, Jeffrey Christiano. Dia ba...