01. Sixth Sense

657 156 192
                                    

Mulanya, aku hanya seorang gadis yang polos yang tidak memiliki teman karena aku sixth sense, dan juga yang mengaggumi kakak kelas secara diam-diam. Aku hanya bisa melihatnya dari jarak jauh, sering mencuri pandang saat ia sedang bermain basket dilapangan sekolah.

Dia tampan, anak basket, pintar, dingin dan ah– susah mendeskripsikannya intinya dia menakjubkan, namanya Jeffrey Christiano.

Aku sadar diri, dia idola disekolah, dia juga punya banyak fans disekolah maupun diluar sekolah, aku yang gadis biasa saja tidak mungkin bisa mendapatkan satu lirikkan darinya.

Tapi jujur aku sering memikirkannya, membayangkan betapa bahagianya nanti jika aku memiliki keluarga kecil bahagia bersamanya.

Tapi pikiranku tidak sekotor itu ya!

Ah, andai Tuhan memberiku kesempatan agar nanti dimasa depan aku bisa memilikinya. Alangkah bahagianya hidupku.

Aku sangat tergila-gila pada kak Jeffrey, bahkan dengan iseng aku sering meletakkan coklat atau hanya sekedar kertas ucapan bahwa aku mengagguminya didalam tas milik kak Jeffrey, saat kelas XII IPA 1 sedang belajar di laboratorium atau kadang saat mereka sedang jam olahraga dilapangan.

Walaupun sering juga aku liat dia memberi coklat pemberianku ke orang lain, atau bahkan membuang nya dikotak sampah depan kelas.

Sakit? Tidak juga, aku tetap senang karena setiap surat yang aku beri selalu dibaca kak Jeffrey.

Sampai saat kabar mengejutkan menggemparkan sekolah, kak Jeffrey ternyata berpacaran dengan teman seangkatanku. Namanya Rose Priscilla, dia juga sekelas denganku dan juga anak paduan suara.

Cantik sekali, minusnya aku tidak suka padanya, maksudku aku tidak suka caranya, dia suka sekali mengejek kemampuanku yang bisa melihat hantu. Dia selalu berkata bahwa aku anak yang aneh.

Karena mereka berpacaran aku jadi terus menangisi hal ini berhari-hari. Dan tepat dihari ke tujuh, tangisanku berhenti saat tawaran datang.

Aku lupa bercerita jika aku punya teman kecil. Mereka dari keluarga bangsawan dimasa penjajahan belanda, namanya Arabella dan Markus. Mereka temanku saat semua orang sibuk dengan dunianya masing-masing.

Orang tuaku pengusaha, mereka jarang dirumah, sedangkan kakak laki-laki ku – Johnny Tsahaja – sudah sibuk bekerja diluar kota. Jadi aku selalu merasakan kesepian, walaupun aku memiliki teman hantu sekalipun.

Jika bercerita tentang ke dua teman hantu ku itu, Arabella mati saat dia dan orang tua nya sedang dalam perjalanan ditengah hutan, peluru musuh menembak kepalanya, sedangkan Markus dia dibom lalu mati detik itu juga.

Arabella itu berumur 11 tahun, sedangkan Markus berusia 9 tahun.

Oh iya, tentang tawaran, sebenarnya bukan kedua temanku itu yang menawarkan. Tapi hantu disekolahku, mukanya menyeramkan tapi keliatannya baik.

Tapi kedua temanku ini selalu menolaknya.

"Tidak Lea, kamu pikir dia bakalan baik ke kamu? Tawaran seperti itu bisa membahayakan kamu." Ujar Markus. Dia lagi duduk diatas lemari kamarku sekarang.

"Tapi kan kalian tau kalau aku tuh suka banget sama kak Jeffrey, ga salah dong kalau terima tawarannya." Aku berbaring sekarang. Arabella tampak menghela walau tak keluar sedikitpun nafas dari hidungnya.

"Lea, kamu harus mendengarkan kami. Walaupun kami tidak pernah bisa keluar dari rumah ini dan aku tidak pernah melihat hantu itu secara langsung, tapi aku dan Markus bisa merasakan energi negatif. Manusia yang memiliki indra ke enam pun tidak bisa merasakannya." Ujar Arabella panjang lebar, dia ikut berbaring disebelahku.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang