02. Dadu Takdir

378 141 83
                                    

Sekarang sudah jam setengah enam sore, aku belum beranjak dari sesi duduk manisku dikelas. Padahal kelas sudah bubar sejak dua jam yang lalu.

Alasanku menunggu selama ini adalah aku ingin melihat kak Jeffrey bermain basket. Mereka baru selesai sekarang, aku lihat kak Jeffrey sedang duduk ditepi lapangan.

Sedari tadi memang aku ditemani Chalisa, kami sedikit mengobrol tadi.

Kak Jeffrey baru saja pamit ke teman-temannya, aku pun bergegas keluar kelas untuk pulang. Tapi urung, aku teringat sesuatu.

Tawaran hantu sekolah!

Iya, walaupun Arabella dan Markus menentang tapi tidak salah kan jika aku menemuinya dulu. Aku sangat ingin menerima tawaran itu.

Aku berjalan ke area belakang sekolah, tempatnya penuh rerumputan lumayan tinggi, disana ada gudang, dan disamping gudang juga terdapat pohon beringin yang menjulang.

Aku masuk ke dalam gudang itu, aku lihat ada sosok perempuan yang terduduk dibangku tua. Dia mendongak saat aku jalan ke arahnya.

Bau nya tidak enak sekali, lebih amis dari hantu biasanya.

"Aku ga mau lama-lama, to the point aja ya," ujarku cepat. "Tentang tawaran waktu itu, eugg, gimana?" Tanyaku.

Dia hanya menatapku dengan wajah seram miliknya, jika kalian ingin aku mendeskripsikan dia, mukanya itu berakar, mata merah luka sayatan dari mulut ke pipi dan darah dimana-mana, bahkan ada beberapa bolongan dipipinya dan jelas disana ada belatung.

"Ish! Tentang tawaran mengubah takdir dan hidup dimasa depan sama orang yang kita suka." Kataku.

Lantas hantu itu pun tersenyum, menarik luka sobek yang ada dibibirnya itu. Membuat lukanya terbuka.

"Kamu bertanya seperti itu–" ada jeda beberapa detik, "artinya kamu menyetujui tawaran itu kan?"

"I-iya, rencana nya sih gitu," jawabku seadanya. Aku masih ragu.

Hantu itu menyeringai, "pergi ke jalan Iblis, didekat sungai, disana ada jalan setapak, jalan itu menuju hutan, disana ada rumah madam Una Morte."

"Jalan Iblis hanya bisa dilihat oleh orang spesial seperti kamu," lanjutnya.

"Ohh, dia ya yang bakalan merubah takdir ku?"

Hantu itu mengangguk, mengisyaratkan agar aku cepat keluar dari sini. Aku dengan cepat mengiyakan. Langit sudah menggelap sekarang, mungkin sebentar lagi sekolah akan ditutup.

Untungnya saat keluar pintu gerbang belum ditutup, satpam sempat bertanya kepadaku kenapa aku baru keluar jam segini, lalu aku beralasan bahwa aku ketiduran.

Aku kepikiran ucapan hantu itu, aku jadi ingin bertemu madam Una Morte. Aku berbelok arah, sekarang berjalan ke arah sungai, ternyata benar disana ada jalan yang bertuliskan jalan Iblis, dengan warna merah pekat.

Langit semakin menggelap, aku masuk ke jalan itu, lalu mengikuti jalan setapak sesuai yang diberitahu hantu sekolah. Ternyata tidak perlu lama-lama untuk sampai ke hutan itu.

Dan sampai lah aku didepan rumah besar beraksen gereja disini. Rumahnya bagus, namun menyeramkan. Terlihat kusam dan seperti tidak berpenghuni.

"Gimana bisa ada rumah kaya gini ditengah hutan?" Aku bermonolog, agak ragu menginjakkan kaki diteras rumah ini.

Bahkan didalam hati pun aku bertanya, bagaimana bisa ditengah kota ada hutan? Maybe, ini adalah kekuatan supranatural?

Entah kenapa kaki ini rasanya ingin sekali melangkah lebih dekat ke arah pintu utama, rasa penasaran pun menggebu-gebu rasanya.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang