10. Horrible

176 53 81
                                    

Sebenarnya ucapan Madam waktu itu benar, aku tidak dapat lagi melihat hantu, termasuk Markus dan Arabella. Tapi semenjak dari toko bunga kemarin aku lebih sering mencium bau yang tidak enak, mulai dari bau darah atau bau seperti mayat busuk dan sejenisnya.

Semenjak pulang dari rumah Kak Jeffrey juga, aku jadi sakit setelah mencium bau amis darah itu. Aku sempat muntah beberapa kali dan berakhir dibawa Kak Jeffrey ke rumah sakit dan hari ini tepat hari kedua aku sakit. Baik Bunda, dan teman-temanku pun turut menemaniku di apartemen.

Untuk yang pertama kalinya aku disini, aku menelpon Mama dan Papa, mereka jadi khawatir bahkan sempat ingin pulang tapi aku larang, dan aku memberi alasan jika ada Bunda, Kak Jeffrey dan teman-teman yang akan menjagaku.

Aku juga menelpon Bang John, dari suaranya kemarin dia tampak khawatir. Bahkan katanya dia akan pulang hari ini, untuk menjagaku. Sedikit lucu kalau begini karena sebelumnya Bang John sangat cuek denganku.

Drttt!

Ponselku bergetar, menandakan ada pesan masuk. Aku mengambil ponselku diatas nakas, ternyata ada beberapa pesan dari Kak Jeffrey.

Jeff♡
|By, aku ke apart kamu siang nanti ya
|Bunda udah bawa sarapan buat kamu kan tadi?
|Udah minum obatnya?
|Pokoknya kalau ada apa-apa telpon aku ya
|Ily By♡
  10.34pm

Aku tersenyum membacanya, Bunda tadi memang menemaniku, cuma beliau pulang satu jam yang lalu, ah tidak, lebih tepatnya aku yang menyuruh Bunda pulang dengan baik tentunya, kasihan Bunda terus-terusan menjagaku.

Kak Jeffrey sedang di kantor, ada kerjaan yang memang tidak bisa ditinggalkan. Dia sempat bersikeras untuk tidak bekerja, tapi aku memaksanya, dan meyakinkan dia juga kalau aku akan baik-baik saja bersama Bunda.

Aku membalas satu persatu pesan Kak Jeffrey, lalu kembali meletakkan ponsel itu diatas nakas.

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba saja bau amis darah itu seperti menempel di bantal dan selimutku. Intinya bau ini semakin menyengat, aku rasanya kembali mual dan pusing. Dengan segera aku berlari ke arah kamar mandi sambil menutup mulut dan hidung dengan tangan kanan ku.

Penglihatan ku sedikit berputar, sebelum jatuh, aku langsung berpegangan pada sisi wastafel. Aku muntah lagi, sampai membuat pandanganku memburam.

Perlahan tanganku beralih ke pelipis, memijatnya pelan, lalu merapikan beberapa helai rambutku yang menghalangi penglihatan.

"AAAH!"

Aku terkejut saat melihat pantulan orang yang familiar, refleks aku membalikkan badanku. Namun, orang yang berdiri disudut kamar mandi itu menghilang.

Aku melihat jelas sosok itu berdiri dengan mata kiri yang full hitam,  mata kanan dengan iris berwarna merah, tulang pipi yang berdarah. Mengerikan, dia menatapku seolah memiliki dendam.

"By kenapa teriak?!" Aku mendongak, manatap Kak Jeffrey yang berjalan tergesah-gesah ke arahku dengan wajahnya yang panik. Oh iya, aku tidak sempat tadi mengunci pintu kamar mandi.

Aku merespon Kak Jeffrey dengan menggelengkan kepala, sedetik kemudian Kak Jeffrey menarikku kedalam dekapannya. Aku menangis, membiarkan baju kerja Kak Jeffrey basah dengan air mataku.

"Udah jangan nangis lagi By, ada aku," ujar Kak Jeffrey yang membuat tangisanku menjadi-jadi. Aku takut dangan tatapan sosok itu, tatapan yang seolah memperingati jika dia akan membunuhku kapan saja.

Karena tangisanku semakin menjadi-jadi, Kak Jeff menuntunku untuk berjalan dan duduk dipinggiran ranjang. Aku duduk dengan menundukan kepala, Kak Jeffrey masih dengan wajah paniknya berjongkok dihadapanku.

"Kenapa By? Ada yang sakit?" perlahan tangan lembut Kak Jeffrey membelai suraiku.

"K-kak aku takut," ujarku yang masih saja menunduk.

"By, liat aku." Kak Jeffrey menangkup wajaku dengan kedua tangannya, membuat aku dengan jelas menatap matanya.

Tunggu– kenapa sosok yang tadi mirip dengan Kak Jeffrey? Tapi bedanya wajah sosok itu penuh luka dan mengerikan.

"Kamu takut apa? Hm?" Tanya Kak Jeffrey dengan nada yang lembut. "Ada aku By, aku bakalan terus jaga kamu. Jangan nangis." Kak Jeffrey menghapus air mataku, lalu memelukku lagi, kali ini dengan lebih erat. Sedangkan aku membalas pelukannya dengan air mata yang kembali bercucuran.

"Ayo istirahat, aku jadi ikutan sakit liat calon istri aku kaya gini." Kak Jeffrey membantuku untuk berbaring.

"Kakak bilang mau kesini siang, kenapa sekarang udah datang?" Aku menatap Kak Jeffrey yang ikut berbaring disebalahku.

"Aku khawatir banget sama kamu, apalagi pas Bunda bilang Bunda udah pulang. Aku takut kamu kenapa-napa," ujar Kak Jeffrey, dia mendekat dan memelukku.

"Kak, aku mau cerita." Kak Jeffrey sedikit menjauhkan badannya agar bisa menatapku.

Senyum diwajah Kak Jeffrey terukir. "Kamu mau cerita apa?"

"T-tadi aku muntah lagi–"

"Ayo ke Dokter!" Kak Jeffrey bangun dan duduk, lalu saat dia ingin mengambil ponsel miliknya yang entah sejak kapan diletakkan disana, aku langsung menghentikannya.

"Aku ga mau ke Dokter," ujarku pelan. "Aku mau nya cerita Kak." Kak Jeffrey menghela nafas berat, lalu aku sedikit manarik tangannya untuk kembali berbaring.

"Oke, aku dengerin."

"Aku muntah, karena nyium bau darah itu lagi. Pas di wastafel, aku malah liat dikaca ada sosok yang serem banget, terus pas aku liat lagi tiba-tiba hilang gitu aja. Aku takut, dia semengerikan itu Kak."

"Itu cuma halusinasi By, kamu bukan indigo yang bisa liat hantu," ujar Kak Jeffrey.

Aku malah menggeleng, jadi selama ini Kak Jeffrey tidak mengetahui kemampuanku yang bisa melihat hantu?

"Tapi kak aku beneran liat itu, dan dia..." ada jeda beberapa menit, Kak Jeffrey ikut terdiam melihat aku yang diam.

"By?"

Aku menghela nafas kasar. "Dan dia mirip Kakak, bedanya muka sosok itu mengerikan, mangkanya aku takut Kak!"










To Be Continued...

🌻🌻🌻

🌻🌻🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yaampon gaje sekaleh:')
What I wrote? I don't know...ㅠㅠ

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang