12. Bad Feeling

177 33 114
                                    

——————————————————
*in the real world after chapter 6
——————————————————

Author POV

"Abang dengerin penjelasan aku dulu, seengga nya Abang tau kalau aku ga boong."

"Udah kamu masuk aja ke kamar, nanti biar Abang coba ngomong sama Papa–"

"Abang jangan."

"Tapi kamu udah keterlaluan Lea!"

Johnny tanpa sadar membentak Allea, sedangkan Allea semakin terisak karena itu. Allea hanya butuh orang yang mempercayainya, seseorang yang tidak memojokkan dia disaat seperti ini.

Setelah sadar akan bentakannya ke Allea, Johnny hanya bisa menghela nafasnya kasar. Johnny tahu dia salah, seharusnya dia tidak membuat Adiknya itu semakin terlihat buruk.

Johnny juga tahu Allea anak yang baik, Adiknya yang sangat baik. Tapi– akh! Johnny bingung sekarang.

"Allea! Kamu mau ke mana?! Lea!" Johnny pun terus meneriaki nama Allea disaat Allea mulai berlari ke arah pintu utama, meninggalkan rumah.

Ruangan yang tadi penuh dengan isak tangis Allea, sekarang terasa sunyi. Raut wajah Johnny tampak menyesali perbuatannya, tapi dia yakin bahwa Adiknya akan segera kembali.

Tapi sayangnya, Allea tak kunjung kembali hingga keesokan harinya. Johnny sungguh khawatir saat ini, Allea tidak pernah semarah ini sampai harus kabur dari rumah. Karena terus-menerus memikirkan Allea, Johnny akhirnya memutuskan menghubungi salah satu Adik temannya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, satu tahun diatas Allea.

"Hallo Bang?"

"Lo liat Adek gue gak?"

"Hah? Adek? Siapa?"

Mendengar orang di seberang sana yang merasa bingung tentu Johnny menggeram kesal. "Ck! Adek gue siapa lagi kalau bukan Allea!" Serunya.

"Oalah hehe," kekeh orang disebrang sana. "Ga liat tuh, kayanya di kelas?"

"Daffa, coba tolong lo liatin Lea di kelasnya ya."

"Oh boleh-boleh, ntar gue ke kelas Lea sekalian mau ketemu Mba pacar."

"Ya, gue tunggu infonya."

Johnny mengakhiri telpon itu, Daffa memang agak menyebalkan, tapi laki-laki itu lumayan bisa diandalkan. Adik dari Gara– teman saat Johnny masih Sekolah Menengah Akhir.

Sementara disisi lain, ada Daffa yang sedang berjalan di koridor sekolah, setelah mengakhiri telpon dari Johnny dia langsung bergegas. Tentu bukan hanya karena Allea yang membuat Daffa pergi ke kelas XI IPA 2, alasan utama Daffa ingin cepat-cepat ke kelas itu karena Mira– pacarnya.

"Aaaa honey, c'mon~"

Dari radius lima meter ada Mira disana, tak sendiri tentunya, ada Jennie yang menemani gadis itu. Daffa yang mendengar suara yang melengking milik gadisnya lantas tersenyum geli lalu berjalan ke arah Mira yang telah membentangkan tangannya.

Mira tampak baik-baik saja setelah insiden nya dengan Allea, Daffa sempat merasa ada yang ganjal, tapi dia yakin kalau kekasihnya itu tidak berbohong. Kepala bagian belakang gadis itu pun tidak di perban, dia terlihat baik-baik saja.

"Aku kangen..." sekarang Mira memeluk Daffa dengan eratnya. Mereka termasuk pasangan yang hobi memamerkan kemesraan didepan umum, iuh menjijikan memang.

"Gimana? masih sakit?" tanya Daffa memastikan. Mira mengangguk cepat. Sedangkan Jennie yang melihat mereka berdua malah mengalihkan pandangan, dia jadi tertarik bermain ponsel dari pada melihat kebucinan dua manusia ini.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang