Reyga - 12. Nilai turun

4.5K 427 25
                                    

Reyga sekarang berada di dalam kamarnya, dia mempelajari materi yang belum dia pahami. Reyga tergolong murid yang cerdas di sekolahnya, karena dia berulang kali mewakili sekolahnya di ajang perlombaan akademik. Dan selalu membawa kemenangan. Reyga seperti itu karena ingin membuat mamanya bangga, namun kenyataannya sama saja. Mamanya tetap membencinya.

"REYGA!"

Reyga menutup bukunya, kemudian menoleh kearah mamanya yang baru saja memanggilnya itu. "Iya, Ma?"

"Ini apa, HAH?!" Rea mengangkat selembar kertas yang berada ditangannya. "KENAPA NILAI KAMU TURUN?!"

Reyga terkejut melihatnya, bagaimana kertas ulangan itu bisa sampai ditangan mamanya? Padahal dia sudah menyembunyikannya supaya mamanya tidak tahu jika nilai ulangannya turun.

Jika di sekolah dasar dulu Rea tak begitu mempedulikan nilai Reyga, sekarang dia begitu berambisi agar Reyga mendapatkan nilai yang sempurna. Reyga selalu dituntut mamanya agar mendapatkan nilai-nilai yang memuaskan, dan jika ada salah satu nilainya yang turun, maka Rea akan marah. Sama seperti sekarang ini.

"M-maafin Gaga, Ma," cicit Reyga ketakutan.

Rea berjalan menghapiri Reyga, dia kemudian mejambak rambut anaknya itu dengan kuat. "SUDAH SAYA BILANG, SAYA TIDAK INGIN MELIHAT NILAI KAMU KURANG DARI SEMBILAN PULUH LIMA, APA KAMU TIDAK MENDENGARNYA, REYGA?!" bentaknya.

Reyga meringis kesakitan, dia memegangi tangan mamanya yang menjambak rambutnya itu. "Ma, maafin Gaga, Ma. Gaga bakalan belajar lagi supaya nilai Gaga lebih bagus dari itu, Ma."

"DELAPAN PULUH SEMBILAN, NILAI APA ITU, REYGA?!" sentak Rea sembari membuang kertas ulangan Reyga ke lantai.

"Shh, ampun, Ma. Lepasin, sakit, Ma," rintih Reyga.

Bukannya melepaskan jambakannya, Rea malah mendorong kepala Reyga hingga anak itu jatuh terjungkal kebelakang, hingga kepalanya membentur ujung kasur miliknya.

"ADUH!" pekiknya.

Rea mengambil penggaris besi di meja belajar Reyga, kemudian memukulkannya ke tangan dan kaki Reyga.

"INI HUKUMAN UNTUK KAMU, ANAK BODOH!"

Rea terus memukuli Reyga tanpa belas kasihan.

"SAYA SUDAH MENYEKOLAHKAN KAMU MAHAL-MAHAL, SEHARUSNYA KAMU MEMBERIKAN NILAI YANG TERBAIK BUAT SAYA!?"

Reyga meneteskan air matanya, mulutnya tak berhenti mengeluarkan ringisan. Namun, Rea tak peduli. Dia terus melampiaskan emosinya kepada Reyga.

"Ma, sakit!"

"DASAR ANAK SIALAN! GAK TAU DI UNTUNG!?"

"Ma, ampun, Ma. Sakit!" ujar Reyga sesenggukan.

"NANGIS TERUS KAMU BISANYA! DASAR PEMBAWA SIAL!?"

Sudah menerima luka fisik, Reyga juga menerima luka batin akibat dari ucapan mamanya itu.

"Saya berharap kamu cepat mati, anak sialan!"

Setelah mengucap itu, Rea membuang penggaris ke sembarang tempat. Kemudian dia beranjak pergi dari kamar Reyga.

Reyga meringkuk dilantai yang dingin itu, air matanya terus mengalir dipipinya. Dalam benaknya dia bertanya-tanya, sampai kapan dia harus begini? Kapan dia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu yang tulus kepadanya? Kapan dia bisa mengakhiri semua penderitaannya ini?

"Tuhan, kapan aku bisa bahagia?"

|—•REYGA—•|

By : Vi🅰

REYGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang