Reyga - 25. Sayang mama

7.2K 490 42
                                    

Ketika pukul setengah 8 malam, Reyga yang sehabis menunaikan ibadah sholat itu keluar dari kamarnya. Dia menghampiri mamanya yang sedang melihat televisi. Dia duduk dibawah mamanya.

"Mama udah makan belum?" tanya Reyga.

Rea mengangguk, tanpa menoleh sedikitpun kearah Reyga.

"Alhamdulillah."

Beberapa menit kemudian, Rea berdecak jengkel karena anaknya itu terus melihat kearahnya. "Ngapain, sih, kamu liatin saya terus?!"

"Mama ku cantik," ucap Reyga dengan senyuman manisnya. "Gaga beruntung banget punya mama."

"Tapi saya yang gak beruntung punya kamu," ketus Rea.

Reyga tertawa miris. "Segitu bencinya mama sama Gaga."

"Emang."

"Mama, dunia ini keras, ya?"

"Bukan dunia yang keras, tapi kamunya aja yang lembek!"

Reyga tertawa kecil. Dia kemudian menyandarkan punggunya di sofa. "Mama sayang gak sama Gaga?"

"Gak."

"Sedikitpun?"

"Gak, saya gak sayang kamu sedikitpun."

Reyga mengangguk. "Tapi, Gaga sayang mama, hari ini, esok, dan selamanya akan begitu."

Rea memutar bola matanya malas.

"Mama, Gaga boleh tau nggak harapan mama apa?" tanya Reyga.

"Saya berharap kamu cepat mati. Saya ingin kamu menghilang dari dunia ini untuk selama-lamanya," ujar Rea, kejam.

Reyga tersenyum pahit. "Semoga saja, ya, Ma. Biar mama bisa bahagia."

"Ya, harusnya seperti itu."

Reyga memejamkan matanya ketika rasa sesak membuncah di dada-nya. Matanya memerah, air matanya menggenang dipelupuk matanya, namun sekuat tenaga dia tahan.

"Mama, Gaga pengen di peluk mama," ucap Reyga tiba-tiba dengan suara seraknya.

"Tidak usah berharap ketinggian kamu, Reyga. Sampai kapan pun saya tidak akan sudi memeluk kamu!" sentak Rea.

"Kali ini aja, Ma," pinta Reyga.

"Gak."

Reyga menghela nafas, dia kemudian menunduk. "Kalau suatu saat Reyga udah ga ada, mama jaga diri baik-baik, ya."

"Ya."

"Gaga sayang mama."

Rea berdecak. "Saya bosan dengar ucapan kamu, Reyga."

"Tapi, Gaga gak pernah bosan untuk menyayangi dan mencintai mama. Bahkan, ribuan kata yang Gaga ucapkan pun gak bisa buat ngungkapin rasa sayang Gaga ke mama." Reyga tersenyum sembari menatap ke atap ruang keluarga itu.

"Dahlah, saya ngantuk, mau tidur!" Rea kemudian beranjak pergi menuju kedalam kamarnya.

Sepeninggal Rea, air mata Reyga jatuh begitu saja. "Gaga gak minta apapun, kecuali perhatian dari mama. Gaga pengeeeen banget ngerasain dipeluk, dicium, di perhatiin sama mama," isaknya.

"Gaga tau, mama benci sama Gaga. Tapi, apa Gaga gak berhak menerima perhatian dari mama?" jerit Reyga tertahan. Dia memukuli dadanya yang terasa sesak itu.

Setelah puas menyalurkan segala perasaannya, Reyga kemudian menghapus kasar air matanya. Dia berjalan kearah kamar mamanya, dan mengintip dari celah pintu kamar itu.

"Mama udah tidur, ya?" gumamnya bertanya-tanya.

Dengan gerakan sepelan mungkin, Reyga membuka kamar itu dan menghampiri mamanya yang ternyata sudah tertidur itu. Dipandanginya wajah cantik yang terasa sangat damai dalam tidurnya itu.

"Cantik banget mama ku," ucap Reyga. "Tapi sayang, benci sama aku."

Reyga terkekeh miris. Reyga mendekatkan wajahnya ke wajah mamanya, kemudian dia mengecup dahi perempuan itu cukup lama.

"Gaga sayang mama, mungkin kalau mama masih bangun mama bakalan marah karena bosen sama ucapan Gaga." Reyga terkikik geli. "Tapi, emang kenyataannya begitu, sesayang itu Gaga sama mama."

"Baru kali ini Reyga berani cium mama, apa mungkin ini ciuman terakhir, ya, Ma?" ucap Reyga menerka.

Reyga tersenyum. Dia kemudian berjalan keluar dari kamar sang mama. Dan tanpa Reyga sadari, Rea mendengar semua ucapan anak itu. Dia hanya pura-pura tidur ketika Reyga masuk kedalam kamarnya tadi.

Rea meneteskan air matanya. Hatinya seperti ditikam belati yang sangat tajam mendengar semua ucapan anaknya itu.

"Maafkan saya, Reyga. Saya memang membenci kamu, rasa sakit itu selalu muncul ketika melihat wajah kamu. Tapi, entah kenapa hati saya terasa sakit mendengar semua ucapan kamu."

|•REYGA•|

By : Vi🅰

REYGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang