iv. back to school

197 38 1
                                    

Jujur, aku terpana menatap laki-laki berambut biru dengan kulit putih pucat itu. Jika saja guru tidak memanggil kami masuk, mungkin aku akan berdiri di sini seperti orang bodoh sampai dia menyadari keberadaanku.

Mengekori langkahnya, kami berdua berdiri di hadapan papan tulis. "Perkenalkan diri kalian," instruksi beliau.

"Hasegawa Langa desu."

"Itu saja?"

"Kalau begitu ... aku dari Kanada."

"Tidak ada lagi?"

"Apa masih kurang?" Langa balas bertanya.

"A-ah, maksudku bukan kurang .... Ya, silahkan, selanjutnya."

"Misaki desu, Chinen Misaki. Pindahan Amerika. Senang bertemu kalian, jadi mohon bantuannya." ujarku dengan senyum seadanya, tidak terlalu lebar maupun tipis.

"Baiklah. Hasegawa boleh duduk di sebelah Reki dan Misaki duduk di depan Reki." Anak berambut merah yang terlihat familier itu berdiri dan melambai ke arahku dengan senyum lebar.

Aku tersenyum kikuk membalas sapaan itu, kemudian berjalan ke sana dan mendudukkan diri di kursi depannya.

Pelajaran dimulai seketika itu juga. Aku yang sebelumnya sibuk memperhatikan penjelasan guru, akhirnya memutar tubuh sedikit. "Kenapa?" tanyaku setengah berbisik dengan nada risih. Anak yang duduk di belakangku, Reki, terus saja menyentuh bahuku dengan ujung jarinya.

"Kau ingat aku?" Balas bertanya dengan senyum polos dan binar-binar aura positif, aku melotot begitu mengingatnya.

"Reki? Dope Sketch?" tanyaku memastikan.

Reki mengangguk antusias, membuatku berusaha menahan tawa melihat tingkah menggemaskan itu dan juga rasa tak percaya ini.

"Mau makan siang denganku?" tanyanya kemudian.

"Baiklah, berbincang lagi di jam makan siang." Aku tersenyum senang lalu memutar tubuhku ke depan lagi sebelum guru menyadari interaksi kami.

▪▪▪

"Apa yang terjadi dengan tanganmu?" tanyaku kaget, baru menyadari keberadaan perban putih yang membalut tangan kirinya begitu keluar kelas.

"Dislokasi, karena skateboard," jawabnya santai. Kami berjalan menyusuri koridor lantai tiga sambil membawa kotak bento.

"Ah, sepertinya kau sedang belajar trik yang cukup sulit, ya?" tanyaku penasaran.

Reki menggaruk belakang kepalanya. "Tidak juga, ada sedikit kecelakaan," ungkapnya ragu.

"Oh, begitu. Jadi, ini kita akan makan di mana?" Aku mengangkat kotak bento dengan tatapan penuh tanya.

"Atap!" jawabnya semangat, berlari kecil mendahuluiku, sesekali melirik ke belakang dan membuat gestur mengajak dengan tangannya.

Aku tertawa lepas, melangkah ringan mengikutinya.

Anak ini menyenangkan sekali!

Kami naik ke sana, kemudian mendudukkan diri di lantai atap. Angin sejuk terasa menenangkan, rasanya seperti bisa membuatku terlelap kapan saja.

"Oh, bagaimana kabar Gloomy?" tanyaku dengan tangan sibuk membuka bento.

"Pengerjaan sudah hampir selesai, tinggal beberapa sentuhan akhir. Kau ingin melihatnya?" tawar Reki membuat mataku berbinar.

game over ; sk8 the infinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang