"Kau yakin ingin ke sana?" tanya Kaoru sembari menyerahkan helm.
Aku mengangguk, tanganku sibuk mengenakan helm dan mulutku bersuara sedikit lebih keras. "Ya, hanya ingin menonton. Kemarin rasanya belum cukup." Menjawab jujur dari balik masker.
Kaoru membantuku naik ke atas motornya, kemudian baru mendudukkan diri dan melaju membelah jalanan sepi. Aku mengaitkan jaketku serapat mungkin, memeluk diri dari serangan angin malam untuk beberapa menit ke depan.
"Miya tidak ikut?" tanyanya memecah keheningan.
Tubuhku otomatis mendekat, daguku hanya berjarak beberapa sentimeter dari bahunya. "Tidak. Seharusnya sudah tidur sekarang, atau mungkin belajar. Ah, dan jika dia belajar, aku akan memarahinya besok." Pandanganku fokus pada jalan lenggang di depan sana.
Aku bisa merasakan Kaoru mengukir senyum simpul. "Bagaimana denganmu? Amerika. Ada yang menarik di sana?"
"Ada, banyak. Maksudku, itu Amerika, kan," jawabku geli, "meski ke sana untuk kepentingan akademik. Aku benar-benar beruntung membawa titel 'Calon Perwakilan Skateboard Jepang'."
"Apa mereka memberimu kebebasan mengembangkan bakat?"
Aku tertawa. "Benar sekali! Mereka bahkan hampir memberiku pelatih pribadi. Gila, bukan?"
Kaoru ikut tertawa pelan. "Kutebak, kau menolaknya."
"Tentu saja. Mereka butuh izin orang tua, aku akan mati jika sampai Ibu tahu. Jadi, aku memilih untuk bermain-main sendiri dan belajar lewat orang-orang sekitar."
"Melalui pengamatan?"
"Hm, kurang lebihnya." Aku akhirnya menarik diri, kembali ke posisi semula.
"Kurasa kau memang layak mendapat beasiswa itu," komentar Kaoru dengan setitik rasa bangga di sana ... atau mungkin banyak, entahlah. Angin menyerap suara dan intonasinya.
Meski begitu, aku tertunduk dengan senyum tipis. "Ya ... kurasa begitu." Pandanganku terarah pada jemari yang sebagian besar dilapisi plester, dan pergelangan tangan kanan yang dibungkus wrist brace. Hasil kombinasi dari seluruh kerja kerasku selama hampir tiga minggu ini di sini. Belajar sekaligus bermain.
"Kau harus istirahat, terutama dari beef di S," tutur Kaoru dengan nada yang tak bisa kugambarkan.
Aku sontak mengerutkan kening, "Aku paham kau khawatir. Tapi, ayolah! Aku baru bermain dua hari yang lalu setelah tiga bulan berdiam diri sebelum kembali ke sini, dan kau menyuruhku istirahat?" Aku bertanya tak percaya.
Motor mulai memelan, kami telah tiba di S.
Kaoru memasang standar dan turun, lantas menuntunku ikut menapakkan kaki di atas tanah. "Kau memang butuh istirahat," ujarnya lagi. Tatapannya mendarat teduh di kedua mataku, "seperti kau peduli pada adikmu, aku juga peduli padamu."
Bug!
Aku tersentak kaget, apalagi Kaoru sendiri.
"Kalimat apa itu? Aku belum pernah mendengarmu jadi semanis itu," komentar Kojiro dengan nada menggoda. Entah muncul dari mana, pria itu tiba-tiba saja datang dan menepuk-nepuk punggung Kaoru dengan kekuatan supernya.
Aku kini mengalihkan pandangan, menatap dua kepala tak asing itu dari belakang.
"Itu temanmu, kan?" tanya Kaoru, pandangannya ikut mengarah ke sana.
Aku menanggapinya dengan gumaman. Fokusku saat ini adalah Langa, aku baru tahu anak itu juga bekerja di Dope Sketch, toko skateboard yang paling dikenal di S--yang mana sedikit menjelaskan kenapa kehadiran Reki tidak membuatku kaget sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
game over ; sk8 the infinity
FanfictionChinen Misaki, gadis ini dianggap hilang dan kecil kemungkinan akan kembali bersinggungan dengan dunia papan beroda. Namun, nyatanya? Ia masih di sana, bahkan terlihat siap melanjutkan hubungannya tersebut, meski telah terhenti selama beberapa saat...