Aku tersentak kaget. Kepalaku langsung menengadah, dengan ruang kelas membanjiri pandangan.
Namun, bukan itu yang menjadi fokus utama. Aku berusaha menenangkan jantungku yang berdebar kuat, proses pernapasanku yang cukup berat, dan kedua tanganku yang bergetar halus.
"M-Misaki, kau baik-baik saja?"
Aku menoleh secepat kilat ke belakang, dan menatap mereka takut.
Rambut merah dan biru .... Reki dan Langa ...?
Aku perlahan merasa lebih tenang.
"Maaf, kau tadi sepertinya sedang bermimpi buruk. Jadinya ... maaf." Reki menggaruk tengkuknya kikuk.
Aku menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Kau baru saja menyelamatkan kakiku dari kejaran monster skateboard," ungapku jujur, penuh kelegaan.
Tanganku bergerak merapihkan rambut, dan tubuhku berputar sepenuhnya menghadap mereka berdua.
Reki langsung menghembuskan napas, ikut lega. Sedangkan Langa malah bertanya, "Mereka ingin memakan kakimu?"
"Ah ... aku ingat sekarang," tuturku sambil merinding.
"Apa?" tanya Reki penasaran.
"Monsternya sama seperti grafiti di papan Langa," jawabku sambil menunjuk papan yang tergeletak di bawah kakinya.
"Ini ...?" Reki ikut menatapnya takut.
"Hei, ini karyamu sendiri." Langa memandang Reki malas.
"Tetap saja, kalau sudah punya gigi dan jadi monster ...."
"Hap!" Aku menancapkan ujung jemariku di atas tangannya.
Reki berjengit mundur sambil berteriak, "AHH!!" Dan berakhir jatuh dari kursinya.
Aku dan Langa tertawa lebar melihatnya-tanpa niat membantu. Reki pelan-pelan kembali naik ke tempat duduknya dengan wajah tertekuk dan menatapku sinis.
"Omong-omong." Aku segera mengganti topik sebelum Reki mengamuk. "Kalian akhir pekan ini ada waktu? Aku ingin memberi kompensasi atas ketidaknyamanan kemarin," jelasku, tanpa benar-benar memperlihatkan isi hatiku yang sedang berada di posisi harap-harap cemas.
"Aku ingin kompensasi makanan saja," sahut Langa sambil mengangkat tangannya.
"Kalau kau?" tanyaku beralih pada Reki yang nampaknya sedang berpikir.
Anak itu sepertinya sudah melupakan dendamnya tadi, baguslah.
"Oh!" Reki menjentikkan jarinya. "Kabulkan permintaanku dari pertandingan di koridor kemarin."
"Kau masih mengingatnya?" tanyaku kagum diiringi tawa kecil. "Baiklah, akan kukabulkan apapun permintaanmu itu."
Reki merespon persetujuanku itu dengan sorakan senang.
- - -
Aku berpapasan dengan Miya tepat di perempatan menuju rumah kami. Berjalan bersisian, tak satupun dari kami ada yang angkat suara.
Aku saat ini sedang fokus menahan nyeri di perut, menstruasi itu akhirnya datang menyapa. Ini akan menjadi hari yang panjang ....
"Nee-san." Aku terkesiap dari penderitaanku itu, dan menatapnya penuh tanya.
"Hari ini jadwal wawancara pertamamu, kan?" tanyanya dengan pandangan lurus.
Aku menepuk dahiku. "Ah, lupa ...." Alisku tertekuk dalam. "Sial, aku sedang tidak ingin."
"Kenapa?" Miya kali ini menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
game over ; sk8 the infinity
FanfictionChinen Misaki, gadis ini dianggap hilang dan kecil kemungkinan akan kembali bersinggungan dengan dunia papan beroda. Namun, nyatanya? Ia masih di sana, bahkan terlihat siap melanjutkan hubungannya tersebut, meski telah terhenti selama beberapa saat...