Percakapan kami tadi pagi, akhirnya berlanjut begitu bel istirahat makan siang terdengar. Bahkan ketika kami tiba di tangga samping sekolah, Reki masih terus mengomentari atraksi Langa semalam. Aku sampai lelah mencoba membayangkan, bagaimana atraksi itu terjadi dan apa saja yang kulewatkan selama perjalanan ke sana, sampai-sampai Reki tidak berhenti bercerita.
Aku harus menonton siaran ulangnya sepulang sekolah ini!--lewat ponsel Miya, berhubung milikku tidak memiliki aplikasi media sosial.
"Baru kali ini aku melihat permainan papan sehebat itu!" puji Reki, lagi, dengan sebongkah kegembiraan.
"Bagaimana caramu melakukannya?"
"Apa trik itu snowboard?" tanya Reki antusias, menggerakkan tangannya penuh gaya di ujung bawah tangga sana.
"Snowboard?" gumamku pelan, lalu sadar. Itulah jawabannya, postur itu diadaptasi oleh Langa dari snowboard.
Langa duduk sambil merekatkan kakinya di papan seluncur. "Ya, backside rodeo," jawab Langa.
Reki tertawa senang, anak itu naik dan menyentuh pipi Langa. "Yuhu! Orang Amerika memang hebat!"
"Aku dari Kanada, Misaki yang dari Amerika," sahut Langa malas.
"Aku masih orang Jepang," sahutku mengoreksinya.
"Iyakah? Hal kecil tak usah terlalu dipikirkan." Reki mengalihkan pembicaraan. "Ayo, tunjukkan gaya bermainmu!"
"Tak perlu diberitahu pun." Langa berdiri dengan bantuanku, kemudian beralih ke Reki yang menuntunnya turun.
Aku kembali duduk, yang sesaat kemudian diikuti oleh Reki.
"Maju!" Langa hanya berdiri dalam posisi siap ....
"Dorong aku," pinta Langa membuat Reki terpaksa kembali berdiri.
Wush.
Langa mulai meluncur turun, senyumku dan Reki melebar melihatnya. Anak itu bisa menjaga keseimbangannya, bahkan ketika berbelok ...?
Oh, tidak!
"Langa, berhenti!" seruku dan Reki panik.
"Ah!" teriakan Lanha terdengar samar.
Dengan langkah sedikit tertatih, aku menyusul Reki ke tepi belokan tadi. Tanganku menopang di bahunya, kepalaku mengintip takut-takut dari baliknya.
"Holy crap!" Aku refleks menyembunyikan diri ketika Langa menidurkan diri di tengah jalan dengan truk melintas di atasnya.
"Selamat?" tanyaku pada Reki.
Hembusan napas lega yang mengeluarkan nyawa terdengar. Jadi, aku berasumsi anak itu berhasil selamat, kemudian ikut menghembuskan napas lega.
- - -
"Selesai," Aku menempelkan plester terakhir ke bagian tengah hidungnya.
"Dasar," gumam Reki, "ke mana perginya gaya skate-mu yang semalam?" Reki melirik kecil ke arahnya.
"Aku juga tidak tahu," jawab Langa.
Sedangkan aku menatap Reki malas. "Jelas saja, kan? Treknya berbeda. Kau tetap akan panik jika berhadapan dengan jalan raya saat kakimu menempel pada papan," tuturku panjang lebar.
Langa terlihat sedikit lega, mengira bahwa aku sedang membelanya. "Meski begitu, kau, tidak ada lagi lakban jika masih ingin bermain," cerocosku dengan kening mengerut.
Aku bangkit memeluk papanku, yang meski tidak dimainkan akan selalu kubawa, lalu melangkah pergi. "Ayo, kembali. Kalian masih bisa bermain lagi sepulang sekolah nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
game over ; sk8 the infinity
FanfictionChinen Misaki, gadis ini dianggap hilang dan kecil kemungkinan akan kembali bersinggungan dengan dunia papan beroda. Namun, nyatanya? Ia masih di sana, bahkan terlihat siap melanjutkan hubungannya tersebut, meski telah terhenti selama beberapa saat...