v. first beef on S

190 37 1
                                    

Aku memarkirkan motorku, kemudian berjalan menuju garis mulai dengan Miya. Suara demi suara mulai membanjiri ruang udara, mengalirkan beragam komentar tentang diriku.

"Kau terlihat semakin mencolok dengan wajah tertutup sepertiga begitu," komentar Miya lugas ketika melihatku menarik turun topi yang kukenakan.

"Woah, siapa gadis itu?"

"Emma! Itu Emma!"

"Benarkah? Dia sudah kembali?"

"Emma? Siapa? Tidakkah dia akan kalah? Lawannya, kan, Miya."

"Tahu. Tapi ini lebih baik ketimbang membuka lebar identitas, terutama soal hubungan darah kita berdua," balasku dengan tatapan lurus.

"Ini akan menjadi pertandingan menarik!"

"Dia rookie, ya?"

"Emma, hancurkan dia!"

"Lebih tepatnya, popularitasmu di sini?" tanya Miya dengan senyum miring.

Kami berdua akhirnya tiba di garis mulai, Miya menatapku tanpa melepas senyum menjengkelkan itu. "Kau menang, permintaan maafmu kuterima. Kalau kau kalah? Harus bersedia menjadi peliharaanku sehari penuh.

Aku tertawa sinis. "Popularitasku kembali ke persentase terendah, Miya. Namun, jika berbicara soal kemenangan ... well, for your information only, champion is my middle name."

Semua orang bersorak semangat, ada yang melempar pujian, membuat taruhan, atau malah mencemooh.

Aku berusaha untuk tidak mengindahkan suara-suara itu sama sekali, pandanganku fokus ke depan, sama halnya dengan Miya.

Tiga, dua, satu ....

Sret!

Mengambil 3 langkah besar dalam kecepatan tinggi, aku melempar papan lalu naik dan meluncur.

Para penonton langsung menggila.

Melesat maju melewati reruntuhan batu dengan lugasnya, pun mengikuti lintasan berkelok.

"Kau ini sedang bersikap kompetitif atau ambisius?" tanya Miya, nada berguraunya terasa menyenangkan untuk didengar.

"Keduanya!" jawabku sambil tertawa.

"Kalau begitu, kau melupakan satu fakta," tambahnya.

"Dan, apakah itu?" Aku melempar tatapan geli penuh tanya.

Anak itu tersenyum remeh dan menjawab, "Aku ini adikmu." Kemudian memutus kontak mata.

Di depan sana ternyata ada tikungan pertama, kesempatan setiap peserta untuk menyalip atau mempertahankam posisi pertama. Sayangnya, malam ini aku tidak berniat untuk bermain-main dengannya ... atau haruskah ...?

Aku tersenyum miring, kakiku bergerak lihai melakukan rail slide ... namun karena kurang latihan dan rasa cemas yang mengganggu pikiran, keseimbanganku jadi cukup sulit dijaga. Walau begitu, aku berhasil mendarat mulus meski sekarang Miya mengambil alih posisiku.

Miya tertawa. "Trikmu masih payah," komentarnya geli.

"Aku sadar akan banyak hal. Itu termasuk, namun ada satu lagi ...." Adikku itu menoleh dengan tatapan tanya, menunggu kelanjutannya.

"Kau benar akan memaafkanku jika aku menang?"

"Apa? Tentu saja. Itu, kan, bagian dari taruhannya," jawab Miya tidak mengerti.

Bagian dari taruhan, ya?

"Bersenang-senanglah, Miya!" seruku dengan senyum simpul.

Aku menurunkan posisi tubuhku untuk mendapat kecepatan yang kuinginkan. "Hei! Itu berbahaya!" teriak Miya yang berhasil kudahului.

game over ; sk8 the infinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang